Pendataan Korban Ponpes Al Khoziny Ambruk Dibagi Tiga Klaster
Nanang Avianto menyatakan, pendataan korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran Sidoarjo dibagi dalam tiga klaster.
Yakni santri, pengurus, dan pekerja pembangunan. Namun identitas pekerja masih ditelusuri. “Pada awal kejadian kami prioritaskan pertolongan korban. Setelah tiga hari masa golden time lewat, sesuai SOP Basarnas, area harus dibersihkan agar alat berat bisa masuk,” kata Nanang , Jumat (3/10/2025).
Hingga kini masih ada 58 orang yang belum diketahui keberadaannya. Dari evakuasi terbaru ditemukan tambahan lima korban meninggal.
“Bangunan empat lantai ambruk total saat salat asar berlangsung, sehingga korban diduga berasal dari santri, pengurus, maupun pekerja,” ujarnya.
Evakuasi dilakukan secara hati-hati dengan melibatkan Basarnas, Polri, TNI, Damkar, serta tenaga ahli konstruksi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) dan Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya.
Sementara itu, identifikasi korban dipusatkan di RS Bhayangkara Surabaya oleh tim DVI Polri menggunakan sidik jari, retina mata, DNA, dan properti pribadi korban.
Pihaknya juga memastikan, proses identifikasi terus dilakukan. Saat ini, lima jenazah yang baru ditemukan juga sedang menjalani identifikasi di RS Bhayangkara Surabaya melalui data biometrik, DNA, hingga barang pribadi korban.
Identifikasi sangat penting, tegas dia, agar keluarga korban bisa segera mengetahui kejelasan anggota keluarganya yang masih ditunggu. “Tragedi ini menjadi pelajaran penting agar pembangunan mengikuti spesifikasi teknis dan perizinan yang tepat. Ini pembelajaran mahal yang tidak boleh terulang,” tegasnya.
Editor : Arif Ardliyanto