Cerita Inspiratif Sisilia Mayang, Lulus dengan IPK 3,8 dan Bakat Musik yang Memukau
MALANG, iNewsSurabaya.id – Suasana haru sekaligus meriah mewarnai prosesi Wisuda Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama), Sabtu (25/10/2025). Di tengah khidmatnya acara, aula Sarwakirti mendadak bergemuruh ketika salah satu wisudawan, Sisilia Mayang Sari, naik ke panggung. Bukan untuk menerima ijazah, tapi untuk bernyanyi.
Sisilia, mahasiswi Fakultas Hukum yang juga finalis lima besar ajang The Voice NTT, menyanyikan lagu Monokrom milik Tulus. Suaranya yang lembut dan penuh penghayatan seolah menyihir seluruh hadirin. Ratusan wisudawan dan orang tua spontan berdiri, ikut larut dalam suasana yang berubah menjadi semacam konser mini penuh kehangatan.
“Dia bukan hanya pandai bernyanyi, tapi juga berprestasi di bidang akademik. IPK-nya 3,8, padahal dia aktif di organisasi dan punya jadwal padat di luar kampus,” tutur Dr. Siti Mafulah, M.Pd, Ketua Panitia Wisuda Semester Genap Unikama.
Perempuan asal Nunukan, Kalimantan Utara itu menjadi salah satu dari 712 wisudawan yang diwisuda tahun ini. Bagi pihak kampus, Sisilia adalah simbol semangat mahasiswa Unikama: berani mengejar mimpi, tanpa meninggalkan tanggung jawab akademik.
“Unikama adalah kampus Indonesia. Mahasiswa kami datang dari berbagai daerah, dari Jawa hingga Papua. Tahun ini bahkan ada lulusan magister dengan IPK sempurna, 4,0,” tambah Siti Mafulah dengan bangga.
Sementara itu, Rektor Unikama Dr. Sudi Dul Aji, M.Si, menilai wisuda kali ini sebagai salah satu yang terbaik sepanjang sejarah kampus.
“Saya menyebut angkatan kali ini sebagai angkatan terbaik. Dari lebih 700 lulusan, rata-rata IPK mereka di atas 3,0. Itu luar biasa,” ujarnya.
Senada dengan itu, Ketua Yayasan Unikama Drs. Agus Priyono, MM, turut memberikan apresiasi kepada seluruh lulusan.
“Selamat kepada putra-putri terbaik Unikama. Meski sempat ada dinamika internal, kami tetap memastikan prosesi wisuda berjalan lancar, penuh penghormatan bagi wisudawan dan orang tua yang hadir,” katanya.
Bagi Sisilia, hari itu bukan sekadar akhir perjalanan kuliah, tetapi juga perayaan perjuangan. “Saya ingin momen ini dikenang bukan hanya karena saya bernyanyi, tapi karena bisa membuat teman-teman bahagia,” ucapnya tersenyum.
Aula Sarwakirti pun kembali bergemuruh oleh tepuk tangan. Sebuah bukti bahwa di balik toga dan ijazah, kisah perjuangan dan bakat anak muda Indonesia tetap menjadi warna terindah dalam setiap wisuda.
Editor : Arif Ardliyanto