Pesantren di Surabaya Diajarkan Peka Terhadap Bencana, Santri Dilatih Hadapi Situasi Darurat
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Kesadaran tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana semakin menguat di lingkungan pesantren. Insiden yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo beberapa waktu lalu menjadi pengingat bahwa bencana bisa datang kapan saja dan menimpa siapa saja, termasuk para santri yang hidup dalam lingkungan berasrama.
Berangkat dari pengalaman tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya mulai melakukan sosialisasi “Pesantren Tangguh Bencana”. Program ini menyasar pesantren-pesantren di Kota Surabaya sebagai bentuk upaya memperkuat pemahaman dan keterampilan santri dalam menghadapi situasi darurat.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Pondok Pesantren Bismar Al Mustaqim Surabaya, Selasa (18/11/2025). Kegiatan berlangsung hangat dengan ratusan santri mengikuti sesi materi hingga simulasi langsung.

Pengasuh Pondok Pesantren Bismar Al Mustaqim, Prof. Dr. KH. Moh Mukhriojin, menyampaikan bahwa program ini bukan sekadar agenda formal, tetapi kebutuhan nyata di lingkungan pesantren.
“Kita tidak pernah tahu kapan bencana itu datang. Karena itu, setiap santri harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi bencana, baik alam maupun non-alam,” ujarnya.
Materi disampaikan oleh sejumlah instansi terkait seperti Satpol PP, BPBD, dan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya. Para santri dikenalkan berbagai potensi bencana mulai dari gempa bumi, banjir, hingga kebakaran. Mereka juga belajar apa yang harus dilakukan pada menit-menit pertama ketika bencana terjadi.
Selain teori, para santri diajak mengikuti simulasi penanganan bencana yang menjadi momen paling ditunggu. Dalam simulasi ini, mereka dilatih melakukan evakuasi, menggunakan alat pemadam, hingga teknik dasar pertolongan darurat. Suasana serius terlihat ketika para santri mencoba mempraktikkan apa yang baru saja dipelajari.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para santri. Banyak di antara mereka mengaku baru pertama kali mengikuti pelatihan bencana secara komprehensif.
Beberapa santri menyebut pelatihan ini membuka wawasan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya urusan aparat pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat termasuk pesantren.
BPBD Surabaya berharap program ini menjadi langkah awal untuk menciptakan pesantren yang lebih aman dan tangguh, sekaligus menumbuhkan budaya kesiapsiagaan bagi generasi muda.
Dengan kehadiran Pesantren Tangguh Bencana, lingkungan pesantren di Surabaya diharapkan tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, tetapi juga ruang aman yang siap menghadapi situasi darurat kapan pun terjadi.
Editor : Arif Ardliyanto