SURABAYA, iNews.id – Investigasi kecelakaan bus maut di tol Surabaya-Majokerto (Sumo) terus dilakukan. Komite Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT menemukan ketidakwajaran, karena sopir tidak mengerem kendaraan saat terjadi kecelakaan.
Fakta ini terungkap dengan sikap Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang melakukan investigasi kecelakaan bus pariwisata PO Ardiansyah di Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) KM 712.400 ruas Tol Mojokerto arah Surabaya. Hasilnya, tidak hanya mengantuk, sopir cadangan diduga tertidur pulas saat mengemudi.
Menurut Ahmad Wildan Plt. Ketua Sub Komite Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB, tidak ditemukan jejak pengereman di lokasi kejadian.
“Artinya pengemudi (sopir cadangan atau kernet) tidak berusaha mengerem. Ada jejak-jejak yang menunjukkan pengemudi sudah keluar jalur lalu lintas dengan kecepatan tinggi sampai menabrak VMS (Variable Message Sign),” katanya.
Penyebab insiden tunggal tersebut, lanjut Wildan murni karena kelalaian pengemudi. “Berdasarkan penjelasan pengemudi, penumpang, jejak di jalan (lokasi kejadian), tidak menunjukkan adanya malfunction kendaraan. Hanya karena lost of control pengemudi saja. Rentetan kejadian yang kami tangkap tidak ada isu ketidaklayakan kendaraan, pengereman normal, kendaraan secara administrasi juga tidak ada masalah,” ujarnya.
Tidak adanya upaya pengereman saat kejadian, Wildan menambahkan, hanya ada dua kemungkinan yaitu pengemudi pingsan atau tertidur pulas. “Karena pengemudi kalau nyerempet samping, sampai nabrak batu segala macem dia terus tidak berubah, berarti tidak sadar sama sekali, namanya lost of control. Kalau setengah sadar, pas nyerempet pasti bangun karena ada benturan keras. Lalu nabrak batu beton sampai ban pecah tidak bangun itu tidur pulas, bukan ngantuk, deep sleep namanya,” tegas Wildan.
Sementara keterangan dari sopir utama, Ahmad Ari Ardiyanto, lanjut Wildan, tidak mengetahui busnya dikemudikan oleh kernet Ade Firmansyah. “Jadi bus ini Sabtu malam berangkat ke Dieng (dari Surabaya), jam 4 sore (Minggu) ke Yogyakarta sampai jam 12 malam langsung kembali lagi ke Surabaya. Perjalanan seperti itu hanya satu sopir dan satu pembantu pengemudi (kernet). Di Rest Area Ngawi, bus tersebut mengisi solar. Saat akan berangkat ternyata banyak penumpang masih salat sekitar jam 4 pagi. Akhirnya sopir istirahat di bagasi lalu ketiduran. Dia tidak tahu kalau busnya dikemudikan oleh Ade Firmansyah karena bangun-bangun sudah kecelakaan,” jelas Wildan.
Saat bus kembali melaju dari Rest Area Ngawi menuju Surabaya, penumpang tidak mengetahui bahwa sopir berganti orang. “Hampir semua penumpang kelelahan dan tidur. Cuma selama istirahat, keterangan penumpang, melihat kernet ini tidak tidur tetapi main HP. Tidak ada saksi mata (penumpang) yang mengetahui saat kernet mengemudi dalam posisi tertidur pulas,” tandasnya.
Kernet yang menggantikan sopir untuk mengemudikan bus adalah kesalahan. “Kernet tidak boleh nyopir, karena dia tidak punya SIM. Meski punya, juga tidak boleh karena penugasannya bukan sebagai pengemudi. Tidak ada pasal yang mengatur soal itu, hanya dia melanggar pasal tentang seseorang yang tidak memiliki SIM membawa kendaraan,” ujar Wildan.
Sementara terkait kondisi Ahmad Ari Ardiyanto, sopir utama dan Ade Firmansyah, kernet yang mengemudikan bus saat kecelakaan, dalam keadaan sehat. “Keduanya sehat, yang Ade memang lecet sedikit tapi tidak perlu dirawat dan sekarang ditahan. Sopir asli tidak luka. Yang kehantam sebelah kiri, jadi posisi kernet yang mengemudi di sebalah kanan, kursinya utuh tidak terkena,” tutupnya.
Editor : Arif Ardliyanto