Menurut Yanu, pembekalan itu perlu karena kota besar seperti Surabaya tidak luput dari bencana alam. Selain itu, risiko terjadi bencana alam di perkotaan bisa dibilang tinggi. Oleh sebab itu pengetahuan mitigasi ini penting diberikan kepada warga yang masih awam soal kedaruratan.
Dari hasil kajian BNPB, risiko tertinggi bencana di Kota Surabaya itu ada dua. Di antaranya gempa bumi dan kebakaran. Sedangkan yang paling rawan terjadi itu kebakaran di tempat padat penduduk seperti di Rusunawa.
“Bencana dan cuaca ekstrim karena angin puting beliung juga bisa terjadi di perkotaan. Tapi ada dua yang paling berisiko sangat tinggi, salah satunya kebakaran. Karena ini rawan terjadi di lingkungan padat penduduk seperti rusunawa,” ujar Yanu.
Dalam Pelatihan Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) ini, BPBD Kota Surabaya tidak sendiri. Tentu juga didampingi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) untuk memberikan pembekalan selama tiga hari kepada warga.
Pertama pembekalan materi kebencanaan di kelas mengenai penyelamatan diri dan keselamatan kerja. “Nah yang ketiga ini, kita praktikan dengan simulasi kebakaran dan bencana gempa bumi,” sebut Yanu.
Ketika simulasi mitigasi bencana, BPDB Surabaya, menerjunkan 20 tim yang terdiri dari DPKP, DP3APPKB, Satpol PP dan DPRKPP Surabaya. Selain itu, juga diikuti 50 orang yang terdiri dari warga Rusunawa Sombo dan KSH di wilayah Kelurahan Simolawang.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait