Lebih lanjut ia menjelaskan, dari 199.140 ton tebu yang digiling sepanjang 41 hari itu mayoritas berasal dari wilayah Banyuwangi, Jember dan sekitarnya.
Bahan Baku Tebu (BBT) diperoleh dari areal PT Perkebunan Nusantara XII sebesar 90% dan sisanya sekitar 10% diperoleh dari areal tebu rakyat.
Di sisi lain, kata Martin, PT IGG dihadapkan pada tantangan pada proses budidaya tebu yaitu adanya Badai La Nina.
"Kondisi ini akan berdampak pada tingginya curah hujan, sehingga berdampak pada turunnya produktivitas hingga gagal panen," ujarnya.
Untuk itu, PT IGG bersama PTPN XII akan melakukan langkah antisipasi dan berupaya meningkatkan produktivitas tebu. Yakni dengan melakukan perbaikan sarana dan prasarana, baik di sektor on farm maupun off farm.
Perbaikan tersebut berguna untuk menjaga konsistensi pasokan tebu, peningkatan keandalan pabrik, serta operational excellence di setiap proses bisnisnya.
Salah satu strategi menjaga produktivitas tebu adalah pengawalan proses TMA (Tebang Muat Angkut).
“Kami selalu berupaya agar operasional giling dapat berjalan dengan lancar dengan cara perawatan dari sisi on farm serta melakukan perbaikan-perbaikan di berbagai mesin produksi dan pendukung pada saat off season kemarin,” terang Martin.
Martin berharap, operasional giling tahun ini bisa berjalan lancar dan bisa memproduksi gula konsumsi dengan jumlah yang lebih banyak.
Hal ini akan meningkatkan kapasitas serapan tebu dari kebun PTPN XII dan petani, dan berujung pada dukungan kinerja PTPN Group kepada pemerintah terkait stabilisasi harga gula di pasar dalam negeri.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait