GRESIK, iNews.id - Amin Thohari, seorang petani pisang Cavendish di Gresik, Jawa Timur, tidak menyangka ternyata pisang hasil panen yang gagal dan tidak laku dijual bisa diolah menjadi keripik manis.
Selama ini, Amin biasanya meninggalkan pisang yang masuk kategori grade c tersebut di ladang. Bahkan, jika ada tetangga yang menginginkan maka pisang ia bagikan ke mereka.
"Biasanya saya tinggal di kebun. Kalau matang dan ada yang mau ya saya kasihkan saja," katanya. Jika musim panen, jumlah pisang gagal itu jumlahnya tidak sedikit. Bisa separoh dari pisang yang layak jual.
Namun setelah bertemu mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Amin baru sadar pisang grade c itu bisa diolah dan memiliki nilai ekonomi.
"Saya bertanya kepada mahasiswa Unusa, pisang ini bisa dijadikan apa?. Soalnya mau saya jadikan sale pisang juga gak bisa," ucapnya.
Setelah berdiskusi beberapa saat, mahasiwa Unusa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kedamean, Kecamatan Kedamean, Gresik, memberikan ide. Diolahlah pisang gagal panen itu menjadi keripik pisang. Mahasiswa dari kelompok 24 itupun langsung memutuskan untuk melakukan pendampingan.
Bermodal alat pemotong pisang, mahasiswa Unusa membuat keripik pisang. Produk mereka mulai di pasarkan Amin ke toko makanan ringan atau snack di desanya.
"Saya jual pisang tersebut sekilonya hanya Rp 50 ribu, sedangkan biaya produksi hanya Rp 20 ribu, itu untuk membeli gas dan minyak," ucap Amin.
Salah satu mahasiswa kelompok 24 KKN Unusa, Tiara Indrawati Sumarno menjelaskan, para mahasiswa membantu petani pisang seperti Amin Thohari, karena sebelumnya pisang tersebut sering dibuang. Jadi ide itu muncul dari mahasiswa untuk membuat keripik pisang.
"Kami mencoba olahan pisang lainnya, ternyata tidak cocok, jadi akhirnya kami membuat keripik pisang tersebut," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Mahasiswa juga mempersiapkan proses pengemasan hingga pemasaran produk tersebut.
"Kami mencoba berbagai cara untuk melakukan pemasaran produk keripik pisang Cavendish melalui media sosial maupun secara langsung," kata dia.
Dalam proses pembuatan keripik pisang, Mahasiswa Unusa terjun langsung membantu proses produksi serta pengemasan keripik pisang.
"Masyarakat desa lebih memilih pengemasan 1 kg, tapi kami mencoba mengemas melalui 200 gram untuk pemasaran online," ucap Tiara.
Selain pendampingan petani pisang, mahasiswa juga melakukan pemeriksaan kesehatan seperti tekanan darah dan cek gula darah.
"Ini untuk menjaga kesehatan para lansia agar memperoleh layanan kesehatan," tegasnya.
Langkah yang dilakukan mahasiswa Unusa, diapresiasi Rektor Unusa, Prof. Achmad Jazidie, karena mahasiswa Unusa telah membantu masyarakat lokasi KKN. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Unusa dalam menciptakan generasi rahmatan lil alamin.
"Jadi langkah yang dilakukan mahasiswa ini bisa dirasakan betul oleh masyarakat desa," jelasnya.
Jazidie menambahkan, melalui KKN ini, mahasiswa bisa belajar bagaimana bermasyarakat serta bisa mengatasi permasalahan yang terjadi di sana.
"Ini merupakan kuliah kehidupan yang sebenarnya, jadi terus memberikan manfaat pada masyarakat sekitar," tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait