Nasi Bumbung, Kuliner Khas Warga Lereng Gunung Anjasmoro

Ali Masduki
Nasi ini tidak dimasak menggunakan bambu dan dibakar. (Foto: iNewsSurabaya/Ali Masduki)

MOJOKERTO, iNews.id - Warga Dusun Begagan, Desa Begaganlimo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, masih merawat warisan leluhur. Salah satu warisan itu adalah Nasi Bumbung. Nasi ini tidak dimasak menggunakan panci atau sejenisnya. Tetapi dimasak menggunakan potongan bambu dan dibakar dengan perapian kayu hutan. 

Cara unik memasak ini cukup menggugah selera makan. Selain munculnya aroma uap nasi hangat bercampur aroma bambu, proses memasak yang mirip bakar ubi itulah yang membuat penasaran siapapun yang ada di sekitar perapian. 

Adonan bawang putih dan garam dalam bambu yang diproses dengan perapian kayu inipun memberikan sensasi tersendiri bagi penikmatnya.

Penyajian nasi bumbung ini juga tak kalah unik. Setelah nasi dipastikan matang, bekas bambu yang terbakar dibersihkan. Penutup lubang untuk memasukkan nasi dibuka dan disajikan langsung. Penikmatnya bisa langsung mengambil nasi dari dalam bambu.

Tak berhenti disitu, gurihnya nasi bumbung semakin legit dengan menu sambal. Sambal khas Warga lereng Gunung Anjasmoro ini disebut sambal genjrot. Sebutan itu diambil dari cara proses pembuatan sambal, yaitu dengan ditumbuk didalam bambu.

Bahan sambal ini terdiri dari kemiri, bawang merah, bawang putih, kremosan serta cabai. Menariknya, sambal ini disajikan bersama dengan sayur rotan muda yang sudah dibakar.

Kuliner langka turun temurun ini hanya bisa ditemui disalah satu tempat wisata alam pohon akar seribu, di Desa Bagagan Limo. Yakni di Desa Begagan Limo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Nasi bumbung merupakan sajian khusus bagi wisatawan yang menghabiskan waktu disana.

Akar seribu merupakan pohon koang atau pohon tali rogo yang sudah berumur ratusan tahun dan memiliki banyak akar. Di sisi pohon ada nuansa sungai kecil dengan banyak batu serta air jernih yang mengalir dari kaki Gunung Anjasmoro

Warga Begangan Limo, Kardi, mengatakan nasi bumbung merupakan warisan nenek moyang warga Begagan Limo. Konon, teknik memasak seperti ini dilakukan oleh para leluhur saat pergi ke hutan.

"Karena butuh waktu berhari-hari didalam hutan untuk berburu berbagai kebutuhan seperti madu, kayu, dan lain sebagainya, maka mereka cukup berbekal beras dan bumbu seadanya," ujarnya.

Kardi dan warga lainnya ingin melestarikan kuliner warisan leluhur ini. Hanya saja, ia akan memasak nasi jika ada pesanan. "Wisatawan yang mau berkunjung kesini bisa pesan. Mereka juga bisa merasakan langsung bagaimana asiknya memasak sendiri disini," ucap dia.

Ia mengungkapkan, selain nasi bumbung, pengunjung juga akan dijamu dengan minuman tradisional hasil alam lainnya berupa rempah-rempah

Minuman ini berbahan kayu secang, sere, pala, kayu manis, cengkeh dan gula batu. Semua bahan dimasukan dan dimasak dengan api kecil sampai harum.

"Nasi bumbung dan minuman secang saat ini bisa dinikmati masyarakat saat berkunjung ke wisata Akar Seribu di Desa Bagagan Limo," terang Kardi.

Untuk berkunjung ke Wisata Akar Seribu, pengunjung bisa berjalan kaki sejauh 700 meter dari pemukiman warga. Selama menyusuri jalan setapak, pengunjung dimanjakan oleh hijaunya alam dan disuguhi suara gemericik air sungai yang masih jernih.

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network