SURABAYA, iNews.id - Peneliti senior Institut For Strategic And Development Studies (ISDS), M Aminudin menilai sosok Rizal Ramli (RR) mampu mengatasi segala macam masalah yang berujung resesi pada bangsa ini.
Ekonom senior yang sukses mendampingi Presiden Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid ) itu, belakangan memang tengah ramai dibicarakan ketika bangsa didera keterpurukan ekonomi.
"Kita sedang menuju ke jurang resesi terburuk. Pasca reformasi, inilah kondisi paling jeblok bagi Indonesia, bahkan dibanding negara-negara se-ASEAN. Semua pandangan mata, kini, tertuju pada sosok ekonom senior Rizal Ramli, karena ialah yang dinilai paling berani melawan oligarki,” kata Aminudin, Jumat (26/8/2022).
Pengurus Pusat Alumnus Universitas Airlangga Surabaya tersebut menambahkan, jika krisis kali ini sungguh mengerikan. Bahkan jauh lebih berat dibanding ketika menghadapi krisis moneter tahun 1997/1998 lalu.
Ketika krisis finansial global melanda dunia kala itu, Indonesia masih sanggup tumbuh 2,4 persen. Lalu secara keseluruhan, sepanjang tahun, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6,1 persen. Namun hari ini ekonomi Indonesia terjun bebas.
“Bayangkan, konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85 persen dari PDB, tumbuh minus 5,51 persen. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang menyumbang 30,61 persen dari PDB, juga minus 8,61 persen. Ekspor yang memegang porsi 15,69 persen PDB, tumbuh minus 11,66 persen. Impor dengan porsi 15,52 persen tumbuh minus 16,96 persen. Betul-betul nyungsep,” tegasnya.
Cukup? Belum. Konsumsi pemerintah, tegasnya, dengan porsi 8,67 persen dari PDB tumbuh minus 6,9 persen. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36 persen tumbuh minus 7,76 persen.
“Ini indikator resesi yang berdampak luas pada meluasnya pengangguran dan kemiskinan. Pada gilirannya meningkatkan kerawanan sosial seperti kriminalitas,” tambah Aminudin.
Dia Harus Presiden
Melihat ‘dalamnya kubangan’ krisis, mungkinkah mampu seorang Rizal Ramli mengembalikan Indonesia ke posisi semula?
“Itu pertanyaannya. Bisakah saat ini RR mengobati semua itu? Bisakah RR bergabung dengan rezim Jokowi, lalu menorehkan prestasi lagi waktu seperti era Gus Dur? Ini juga menjadi pertanyaan kami,” tegasnya.
Menurut Aminudin, ada pekerjaan rumah (PR) yang sulit bagi RR. “Rasanya sulit dibayangkan RR yang sukses tangani ekonomi era Gus Dur bisa sukses berjalan sekarang.
Mengapa? Karena era Gus Dur tak banyak conflict of interest, sehingga RR berani tolak arahan Gus Dur jika dinilai mengganggu ekonomi. Dan, hebatnya lagi, Gus Dur legowo menyerahkan kepada ahlinya,” urainya.
"Tapi saat ini, Presiden Jokowi bukan Gus Dur. Jokowi banyak diketahui memiliki conflict of interest mulai dari kepentingan titipan para taipan, asing hingga kepentingan RRC. Bahkan menteri-menteri di kabinet ini, rumornya juga terkait setoran ke pusat kekuasaan. Dan RR bukan tipe teknokrat yang berorientasi pada setoran upeti untuk atasan,” terangnya.
Jadi? “Sebaiknya RR memang memegang tampuk kekuasaan. Menjadi presiden bukan sekedar menteri. Apalagi dia harus menghadapi oligarki,” pungkasnya.
Sementara itu, Rizal Ramli melalui akun Twitternya menyoroti sejumlah isu seputar pergolakan resesi dalam tubuh BUMN. Ada sejumlah catatan RR terkait Pertamina dan pengalamannya mengelola Semen Gresik Group.
Pertama, RR menilai pasar Pertamina terlalu oligopolistik dan sangat tidak efisien. Oleh karena itu, ia mengimbau manajemen Pertamina mesti mengalami pembaharuan.
"Mayoritas BUMN tidak effisien. Pertamina, pasarnya oligopolistik, sangat tidak effisien (ineffisiensi 20%). Ahok cuman Gede Bacot tak lakukan langkah besar utk turunkan cost, naikkan effisiensi. Managemen Pertamina harus dikocok-ulang. Jangan hanya demi utang budi Jokowi sama Ahok, Pertamina dikorbankan!," tulis RR, Jumat (26/8/2022).
Begitu pula saat RR menjadi Preskom Semen Gresik Group. Dalam 2,5 tahun RR mampu mendulang profit bagi perusahaan semen terbesar di Indonesia tersebut.
"RR jadi Preskom Semen Gresik Grup, dalam 2,5 tahun naikkan keuntungan 400% dari Rp800M jadi 3,2 T, terutama krn tekan cost produksi $8/ton, biaya bunga, effisiensi marketing dan naikkan kapasitas. Waktu RR jadi Preskom BNI, kerjasama bagus dgn Dirut Baiquni dkk, berhasil menaikkan keuntungan 87% dalam 1 tahun !," tambahnya
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait