BBM Bersubsidi Dikabarkan Naik, Antrean SPBU di Surabaya Mengular, Masyarakat Panik

Arif Ardliyanto
Di Surabaya, kabar tersebut membuat kepanikan dikalangan masyarakat, mereka berbondong-bondong memborong BBM bersubsidi yang mengakibatkan antrean mengular. Foto iNewsSurabaya/arif

SURABAYA, iNews.id - Kabar kenaikan harga BBM bersubsidi membuat masyarakat resah. Di Surabaya, kabar tersebut membuat kepanikan dikalangan masyarakat, mereka berbondong-bondong memborong BBM bersubsidi yang mengakibatkan antrean mengular.

Pantauan iNewsSurabaya hingga pukul 22.30 WIB, antrean terjadi dibeberapa titik SPBU, mulai SPBU Nginden, Jemursari, Margorejo, Ngagel, hingga Jalan Dinoyo. Pengguna motor hingga mobil memadati antrean, mereka mendengar kabar kalau BBM bersubsidi bakal dinaikan pemerintah hari ini. "Katanya naik nanti malam, makanya kami borong BBM Pertalite," kata Ayu Bassetyo, pengendara mobil di Surabaya.

Menurutnya, saat ini tidak pantas BBM dinaikan, kondisi perekonomian belum stabil secara menyeluruh, hanya saja kalangan menengah atas yang sudah bisa merasakan kebangkitan ekonomi. "Kalau bagi kita, ekonomi masih sulit," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Executif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri kemarin mengatakan, langkah menaikkan harga BBM bukan hanya demi ketahanan fiskal di APBN, namun untuk memberikan pembiayaan yang memadai pada sektor yang lebih penting, misalnya pendidikan dan transisi menuju energi terbarukan.

“Kenaikan harga BBM memang diperlukan, karena tidak mungkin Pemerintah menanggung subsidi yang makin lama makin besar,” ujar Yose Rizal Damuri,di Jakarta, Selasa (30/08/2022).

Penyesuaian harga harus terjadi di semua jenis BBM agar tidak terjadi peralihan pola konsumsi ke jenis tertentu. “Bila harga BBM jenis Pertalite tetap dipertahankan sementara harga jenis BBM lainnya naik, otomatis konsumsi Pertalite akan makin meningkat karena orang akan sifting,” paparnya.

Lebih lanjut, lanjut Yose Rizal yang banyak melakukan penelitian tentang kemiskinan dan distribusi pendapatan ini, subsidi harus dikurangi dan harga BBM hatus ditingkatkan agar menciptakan mekanisme pasar yang sehat antara stok dan permintaan.

“Kalau harganya gak naik-naik, sementara barangnya terbatas, yang terjadi adalah barangnya tidak akan tersedia di pasaran. Makanya harganya harus naik, sejak jauh-jauh hari banyak pihak sudah mengatakan bahwa harga Pertalite itu harus naik, harga LPG juga harus naik untuk mengikuti kondisi energi yang ada,” tegas Yose Rizal.

Menurutnya, hasil penghematan yang berhasil dilakukan dari pengurangan subsidi BBM, menurut Yose Rizal, bisa digunakan untuk membiayai hal lain yang lebih penting.

“Misalnya untuk meningkatkan pendidikan. Ingat ya, selama dua-tiga tahun ini pendidikan kita tertinggal jauh karena pandemi. Banyak sekali yang harus dikejar dan itu butuh APBN yang tinggi sebenarnya. Jadi (hasil penghematan subsidi BBM itu) bisa dimasukkan ke sana,” ujarnya.

Agenda lain yang juga membutuhkan pendanaan adalah transisi menuju energi berkelanjutan. Perubahan iklim benar sedang terjadi.

“Kita tidak bisa lagi menyangkal dan mengatakan perubahan iklim itu tidak terjadi. Kita butuh transisi menuju energi yang bersih, ini membutuhkan biaya yang tinggi sekali. Harusnya subsidi sekian ratus triliun itu bisa membangun banyak sekali solar panel, banyak sekali mini dan micro-hydro di Indonesia, untuk transisi ke energi terbarukan, energi yang lebih bersih,” tegas Yose Rizal.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network