SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Tragedi berdarah pasca laga Persebaya vs Arema FC pada Sabtu 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang menyisakan kepedihan.
Seperti yang dialami oleh Mufid, Warga Jalan Sadewo, Kelurahan Polehan, Blimbing, Kota Malang. Air matanya terus menetes membasahi foto anak perempuannya yang menjadi korban kericuhan.
Lutfia namannya. Gadis cantik 20 tahun itu pergi selama-lamanya meninggalkan keluarga yang ia cintai. Baru pertama nonton Arema, Lutfia pulang tinggal nama.
Mufid menuturkan, anak gadisnya merupakan sosok yang baik dan penurut. Entah bagaimana, meski sempat dilarang oleh ibunya agar tidak berangkat menonton bola, namun tetap saja ngotot.
"Sempat pamitan sama ibunya Sabtu malam habis maghrib. Dia mohon-mohon ke ibunya kali ini saja nonton, habis itu nggak nonton lagi janjinya, sempat minta uang juga untuk beli tiket pertandingan," ujarnya.
Setelah mendapat izin, Lutfia akhirnya berangkat bareng teman perempuannya. Nahas, baik Lutfia dan temannya juga pulang tinggal nama.
"Anak saya boncengan sama temannya perempuan, dia juga meninggal. Dua-duanya sama meninggal dunia," ucap Mufid.
Dia pun mengecam aksi aparat keamanan yang menyemprotkan gas air mata ke arah yang membuat ribuan penonton tidak aman.
"Anak saya dari sini berangkat sehat senang, pulang tinggal nama, sudah beli karcis, sudah betul-betul resmi, kalau ilegal nggak beli tiket ya wajar. Seharusnya aparat punya tanggung jawab penuh sama suporter yang sudah punya tiket," tuturnya.
"Anak saya beli tiket, nggak suporter ilegal, dia itu legal, suporter seharusnya kalau punya tiket bisa nonton dengan aman. Fungsinya tiket itu mau nonton aman, dia suporter legal, saya nggak terima. Saya nggak terima dengan minta maaf, saya tetap nggak terima," katanya.
Saat mendapat kabar anaknya meninggal dunia, ia mengaku tengah bekerja sebagai tukang bangunan yang tengah bekerja di Surabaya.
Begitu menerima informasi dari istri pada Minggu (2/10/2022) pukul 11.00 WIB ia jatuh pingsan dari tempatnya bekerja. Mufid baru sadar setibanya di rumahnya dan tampak terkejut mendengar kabar itu.
"Kerja tukang bangunan di atas tahu-tahunya di bawah nggak sadar, pingsan nggak sadar, sampai rumah posisi pingsan, baru sadar ketika di rumah," katanya.
Lutfia sendiri dapat ditemukan setelah salah satu teman kakak Lutfia, yang juga berangkat ke Stadion Kanjuruhan, Malang mencari keberadaannya di rumah. Namun karena tak juga pulang hingga Minggu pagi, temannya itu lantas mengajak kakak Lutfia mencari keberadaannya.
"Jadi waktu itu anak pertama saya mau takziah ke tempat teman, dicari nggak ketemu. Nanya temannya, adik saya nggak pulang juga, akhirnya balik nyari anak saya. Tahu info dari teman anak di RSUD Kanjuruhan, Minggu paginya," tuturnya.
Saat ditemukan Lutfia disebut ayahnya dalam kondisi mengalami luka lebam di pelipis kanan, hidung keluar darah mimisan, pantat ditemukan lebam dan darah kotor. Tak ada penjelasan detail dari pihak tim medis, pihak keluarga hanya diberi surat keterangan meninggal dunia tanpa ada penyebab apapun.
"Memang ada surat, surat itu dari RSUD. Tidak ada keterangan lebih jelas hanya nama dan meninggal," katanya. Ia merasa tak percaya anaknya menjadi korban meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan Malang. Pasalnya Lutfia selama 20 tahun tak pernah melihat pertandingan Arema FC secara langsung dan bahkan tidak begitu suka sepakbola.
"Percaya nggak percaya, anak saya nggak pernah suka sepakbola. Nggak pernah kepikiran segitu, dia baru pertama kali nonton. Makanya minta izin ibunya untuk lihat, padahal sudah dilarang tapi mohon-mohon," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, laga Persebaya vs Arema FC pada Sabtu 1 Oktober 2022 berakhir ricuh setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya di pekan ke-11 Liga 1 2022-2023.
Suporter yang tidak bisa menerima kekalahan merangsak masuk ke lapangan. Aparat akhirnya menembakkan gas air mata. Bukan hanya terjutu pada suporter yang ada di lapangan, gas air mata bahkan terlempar ke tribun penonton. Akibatnya, puluhan ribu penonoton yang tidak tahan berusaha keluar lapangan.
Hingga saat ini tercatat, total ada 448 korban. Sebanyak 302 orang luka ringan, luka berat sebanyak 21 orang, dan meninggal dunia sebanyak 125 orang.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman iNews dengan Judul "Kisah Sedih Gadis Lutfia, Baru Pertama Kali Nonton Arema lalu Pulang Tinggal Nama".
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait