Listyo dan tim memberikan pertanyaan dan alat peraga visual sehingga penyintas dapat mudah menceritakan kondisinya.
Ia menambahkan, pendampingan ini juga berkolaborasi dengan alumni Fakultas Psikologi Ubaya serta lembaga sosial, seperti Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI), Berkat Malang Gema Kasih (BMKG) dan jejaring lainnya.
“Tujuan kerjasama ini agar lembaga-lembaga sosial juga dapat memberikan pendampingan psikologis. Hal ini akan memperkuat peran partisipasi komunitas dalam menghadapi kondisi krisis seperti kasus Kanjuruhan,” imbuhnya.
Dosen Fakultas Psikologi Ubaya itu menambakan, KSPB juga melakukan koordinasi layanan psikologis dengan poli psikologi yang ada di klinik dan rumah sakit di Malang.
Pendampingan ini disebut Listyo tidak hanya menjadi wujud kepedulian, namun momen bagi KSPB untuk belajar dari kondisi yang dialami oleh para penyintas.
“Sehingga kalau nanti kita mengalami hal yang sama, kita sudah tahu karena dasarnya kita adalah anggota komunitas,” imbuhnya.
Peristiwa Kanjuruhan, menurut Listyo, dapat dijadikan riset psikologi yang berkaitan dengan manajemen bencana pariwisata.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait