Pria kelahiran Desa Kauman, Kecamatan Sumoroto, Kabupaten Ponorogo ini juga menceritakan, selain novel Guwing, dirinya telah menerbitkan berbagai karya sastra.
Dirinya bercerita proses kreatif pembuatan berbagai karya sastranya, seperti pada bahwa saat mengikuti peringatan Hari Sastra di Trengganu, Malaysia, ia mendapat ilham menulis cerita cekak Tatu-tatu Lawas yang berkisah tentang percintaan satu rumpun Melayu yang harus terpisah karena konfrontasi Indonesia – Malaysia.
Cerkak itu, dan karya lainnya yaitu Kidung Katresnan berhasil menjadi pemenang ketika Pusat Kesenian Jawa Tengah di Surakarta tahun 1980 mengadakan Lomba Crita Cekak dan geguritan.
“Selain itu, novelnya yang berjudul Den Bagus mendapat juara harapan dalam sayembara naskah roman yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1980,” ungkap pria yang emndapat penghargaan dari Yayasan Kebudayaan Rancage Jakarta tahun 2018 ini.
Suharmono juga pernah menjadi pemenang Hadiah Rancage tahun 1999 atas novelnya Pupus Kang Pepes ini menjadi tokoh berpengaruh dalam menyatukan teman-teman sastrawan Jawa. Sampai-sampai ia dua kali dalam periode berbeda diminta memimpin Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS).
Suharmono memang pribadi pengayom, menjadi jujugan teman-temannya terutama dari kalangan pelaku dan pecinta sastra dan kebudayaan. Selain itu, dia beberapa kali menjadi pemakalah atas nama wakil Jawa Timur dalam Kongres Bahasa Jawa.
Pada tahun 2005, Suharmono Kasiyun pernah memperoleh penghormatan dari gubernur Jawa Timur karena pengabdiannya di bidang seni budaya.
Tahun 2017, dia memperoleh penghargaan Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur. Dan ditahun 2022, dia memperoleh penghargaan kembali Anugerah Sutasoma kategori karya sastra berbahasa daerah terbaik.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait