SURABAYA, iNews.id - Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menciptakan inovasi berupa alat pemanas elektrik.
Alat tersebut untuk meningkatkan nilai penjualan hasil buah-buahan yang berlimpah dari Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto yang mengalami penurunan drastis selama pandemi Covid-19.
Dosen pendamping tim KKN Abmas ITS, Prof. Basuki Widodo, menjelaskan bahwa pemanas elektrik ini bermanfaat bagi warga desa, karena mampu menurunkan permasalahan limbah makanan (food waste).
"Lebih detail, alat inovasi ini dapat digunakan untuk mengeringkan daging buah hasil produksi warga. “Kemudian akan diolah menjadi jenis makanan baru yaitu fruit leather,” katanya, kamis (12/12).
Guru Besar Departemen Matematika ini memaparkan, Fruit Leather ini berbentuk lembaran tipis dengan tekstur seperti plastik dan kenyal.
Selain itu, fruit leather ini memiliki rasa manis tanpa menghilangkan ciri khas rasa asli dari buah. Adanya inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan umur simpan serta meningkatkan penganekaragaman pengolahan pangan.
“Dengan begitu, Desa Cepokolimo dapat meningkatkan nilai jual buah mereka,” terangnya.
Bentuk pemanas listrik menyerupai sebuah mesin oven dengan kapasitas yang cukup besar. Mesin yang sanggup memuat sekitar 15 loyang ini memiliki dimensi dengan panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 75 cm.
“Alat ini diciptakan dalam kurun waktu tiga minggu dan dalam mendesain alat butuh waktu empat hari,” kata dia.
Pemanas elektrik ini memiliki konsep elemen pemanas tubular (tubular heating element) dengan menggunakan gulungan kawat pengikat koil.
Adapun kawat tersebut dimasukkan ke dalam pipa dan dituang bersama bubuk isolator. Hal tersebut dinilai dapat meneruskan panas dan menjadi isolator yang baik, sehingga arus listrik tidak menembus dan mengalir pada pipa pembungkusnya.
Material pipa yang digunakan untuk membungkus pemanas tubular adalah stainless steel 30 milimeter.
Selain itu, tim KKN Abmas ITS ini juga menggunakan thermostat elektrik yang berfungsi untuk menjaga suhu agar tetap konstan. Thermostat akan memutus daya jika suhu yang dihasilkan oleh pemanas tubular mencapai lebih dari 80 derajat celcius. Jika suhu yang diberikan oleh pemanas tubular menurun, maka daya akan kembali menyala secara otomatis.
“Mesin ini memerlukan daya sebesar 600 watt dan memerlukan waktu sekitar 12 jam,” jelas Basuki.
Basuki berharap masyarakat Desa Cepokolimo dan desa lain penghasil buah-buahan dapat meningkatkan kualitas olahan buah mereka.
“Sekaligus dapat mengurangi terjadinya food waste di lingkungan desa,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait