Kemudian untuk peserta yang paling besar, lanjutnya, berusia 21 tahun. Peserta ini merupakan penyandang disabilitas intelektual autism dari kabupaten Madiun.
Yenni juga menuturkan, untuk mengkhitan ABK dibutuhkan keahlian khusus dan kesabaran dari para tim medis dan tim relawan.
Pasalnya, beberapa dari ABK yang berbadan besar hampir dipastikan berontak. "Dan benar juga, kemarin kita mendapati meja patah sewaktu prosesi khitan karena peserta memberontak," tuturnya.
Meski begitu, kata dia, para orang tua dan relawan sudah terbiasa dengan hal tersebut.
Sekedar informasi, khitan Ceria ini terselenggara atas kerjasama antara Y-AMI dengan Nurul Hayat Sidoarjo, serta didukung oleh para donator diantaranya, Precise Shoes, Baitul Mal Hidayatulloh (BMH) Sidoarjo, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Chrisis Center Dhuafah (CCD) dan DNY Skincare.
Kemudian ada dari PT.Titan Bahureksa, Sedekah Rombongan Surabaya, Hair Dresser Peduli Indonesia, Andreancell, SIG, Salon Martin, Siomay SH, Fortuner Indonesia One Family.
Juga seluruh warga masyarakat perumahan Taman Puspa Anggaswangi, Kecamatan Sukodono, yang mendirikan dapur umum dan live music untuk menghibur para ABK.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait