SURABAYA, iNews.id - Tim Robotika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang mengirimkan robot terbang Bayucaraka dan robot humanoid Ichiro berhasil menyabet 10 penghargaan dalam FIRA SimulCup 2021 secara daring dari Brazil, Selasa (7/12) lalu.
Perwakilan pembimbing Tim Robotika ITS, Atar F Babgei, mengatakan Fira SimulCup merupakan bentuk adaptasi pandemi Covid-19 dari kompetisi robotika bergengsi tingkat internasional, FIRA RoboWorld Cup, yang terakhir diadakan pada tahun 2019 lalu.
Disulap sebagai kompetisi simultaneous yang terselenggara serentak dari berbagai lokasi di seluruh dunia dari masing-masing negara peserta serta homebase di Brazil, Korea Selatan, dan Taiwan.
“Berkaca pada kondisi saat ini, kami memilih untuk berkompetisi secara daring dari kampus,” jelas Atar.
Kompetisi ini, imbuh Atar, disajikan untuk kategori setingkat mahasiswa (pro) dan pelajar (youth). Dalam hal ini, Tim Robotika ITS mengirimkan Tim Bayucaraka divisi Vertical Take-Off and Landing (VTOL) yang berkompetisi pada bidang Air Simulation Competition - Pro. Serta, tiga robot Tim Ichiro untuk bidang HuroCup - Pro.
“Tim Ichiro sendiri bertanding dalam nomor lomba Sprint, Basketball, Weight-lifting, serta Archery dengan satu robot besar (adult size) dan dua robot kecil (kid size),” ujar dosen yang juga pembimbing tim Bayucaraka tersebut.
Dengan singkatnya waktu persiapan setelah berlaga dalam kompetisi nasional, Tim Bayucaraka berhasil menyabet juara pertama.
Dalam bidang Air Simulation Competition tersebut, menurut Atar, peserta ditantang untuk mengatur programming simulasi robot terbang secara virtual yang dapat melewati moving obstacle berupa gerbang yang bergerak.
“Simulasi ini diulangi sebanyak tiga kali, kemudian dicatat hasil waktunya,” terangnya.
Dibandingkan kompetitornya, menurut Atar, simulasi Tim Bayucaraka berhasil 100 persen untuk melewati gerbang tersebut dengan raihan waktu tercepat sehingga berhasil meraih gelar juara.
Model kompetisi seperti ini diakui tim memberikan tantangan tersendiri karena tidak menggunakan bentuk fisik, melainkan simulasi seperti halnya yang mereka lakukan saat latihan.
“Sulitnya lagi, kami terbatas dengan spesifikasi tertentu dari panitia sehingga banyak yang tidak sesuai dengan riset kami sebelumnya,” ungkap Atar.
Sementara itu, Tim Ichiro berhasil menyabet sembilan perhargaan pada bidang HuroCup. Pada nomor lomba Sprint, tim Ichiro mendapatkan juara pertama untuk adultsize dan kidsize.
Dalam nomor lomba ini, robot ditantang untuk dapat berlari maju dan mundur sejauh tiga meter untuk adultsize serta empat meter untuk kidsize.
“Menariknya, Tim Ichiro mampu mencetak rekor dunia baru untuk robot kidsize dengan perolehan waktu 28 detik serta 39 detik untuk adultsize,” beber Atar dengan bangga.
Berikutnya, untuk nomor lomba Weight-lifting, robot besutan Tim Ichiro berhasil meraih juara pertama untuk adultsize dan juara kedua untuk kidsize. Dalam nomor lomba ini, robot ditantang untuk dapat mengangkat beban maksimal sebanyak lima kali percobaan.
“Konsepnya seperti lomba angkat besi pada olimpiade, di mana robot tim Ichiro berhasil mengangkat beban 100 disc untuk kategori adultsize,” jelas dosen Departemen Teknik Biomedik ITS tersebut.
Sementara itu, untuk kategori Basketball, robot ditantang untuk memasukkan bola ke keranjang dalam lima ronde. Terdapat tiga jenis poin untuk nomor lomba ini berdasarkan jarak robot memasukkan bola yaitu lima, tiga, dan dua poin.
Dalam hal ini, tim Ichiro menargetkan untuk mendapatkan dua poin saja dengan jarak lokasi paling dalam. Hebatnya, tim yang berada di bawah bimbingan Muhtadin ST MT ini mampu mendapatkan juara pertama adultsize dan juara ketiga kidsize.
Tak hanya itu, tim Ichiro juga berhasil menyabet juara kedua pada kategori all-round di adultsize dan juga kidsize. Pada kategori ini, parameternya adalah robot pengumpul medali terbanyak.
Diakui Atar, terdapat opsi bagi tim untuk mendapatkan juara pertama dalam kategori ini. Akan tetapi, tim memilih untuk mempertahankan juara di masing-masing nomor lomba dengan mengubah beberapa bagian dari robot.
“Lain cerita bila terdapat nomor lomba sepakbola untuk robot tercepat, terdapat kemungkinan kami bisa mendapat juara pertama,” ungkapnya.
Lagi, Atar membeberkan bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi tim hingga akhirnya meraih 10 gelar juara tersebut.
Seperti halnya, nomor lomba basketball dan archery yang merupakan pengalaman baru bagi tim Ichiro. Hal tersebut membutuhkan trial and error berulang kali karena robot harus benar-benar dioperasikan secara otomatis.
“Robotnya sama dengan kompetisi sebelumnya, tetapi algoritmanya jauh berbeda karena di kompetisi ini lebih melibatkan keseluruhan bagian robot untuk bekerja,” tuturnya.
Di balik semua tantangan tersebut, sudah merupakan sebuah prestasi yang sangat gemilang dari Tim Robotika ITS untuk bisa mengalahkan kompetitor mancanegara seperti Rusia, Korea Selatan, Taiwan, Iran, Brazil, dan Malaysia.
Atar menilai kompetisi ini sebagai tantangan untuk terus mengembangkan teknologi baru yang semakin terdepan.
“Sehingga ke depannya, riset robotika ITS dapat terus memberi kebermanfaatan sebagai solusi permasalahan di masyarakat,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait