Senior Advisor IISIA Purwono Widodo menyatakan, IBF 2022 diharapkan turut berperan dalam membuka peluang sinergi bisnis maupun menjembatani usulan kebijakan kepada pemerintah untuk mendukung industri baja nasional.
Kegiatan ini, kata dia, perlu secara rutin dilakukan. "Industri baja nasional akan berperan semakin penting bagi pembangunan perekonomian nasional yang terus mengalami peningkatan untuk mewujudkan Indonesia Maju," terangnya.
IISIA memperkirakan kebutuhan baja nasional akan mencapai lebih dari 100 juta ton pada saat visi Indonesia Maju tercapai pada tahun 2050.
Dengan demikian dibutuhkan investasi yang sangat besar hingga mencapai lebih USD80 miliar.
“Industri baja telah menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi di Jepang, Korea Selatan, termasuk akhir-akhir ini di China dan India. Inilah yang ingin kita realisasikan, membangun kemandirian industri di Indonesia,” ungkap Purwono.
Sepanjang pelaksanaan IBF 2022 telah dilakukan penandatanganan 9 Memorandum of Understanding (MoU) antara IISIA dengan Asosiasi Industri sebagai sinergi dalam mengoptimalkan potensi nasional dalam rangka membangun kemandirian industri dan perekonomian nasional.
MoU tersebut diantaranya MoU IISIA dengan Kementerian Perindustrian RI dan Kadin, Perusahaan Institusi Perkapalan Dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo), Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Seluruh Indonesia (Gapeksindo), Perkumpulan Pelaksana Konstruksi Nasional (Aspeknas), Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo), Real Estate Indonesia (REI), Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Kesepakatan Bersama antara PT Krakatau Steel Tbk dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) (PT KAI) bersama PT Krakatau Jasa Logistik (PT KJL) terkait pengangkutan produk, serta Kesepakatan Kerja Sama PT KAI dengan PT KJL terkait gudang hub produk baja.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait