Nantinya, operator cukup memberikan perintah dengan microcontroller, lalu kapal secara otomatis bergerak sesuai pola yang diperintahkan. "Dibekali dengan baterai Li-PO 6200 mAh, kapal Aksanawa mampu bertahan selama 113 menit dengan kecepatan 0,5 m/s,"jelasnya.
Kapal Aksanawa ini, lanjutnya, juga menggunakan sistem modular atau bisa dibongkar pasang untuk mempermudah proses pengiriman kapal ke lokasi kecelakaan. Lain halnya dengan YOLO-Boat yang hanya memiliki satu kamera di permukaan air, Aksanawa memiliki dua kamera yang di atas dan di bawah permukaan air. .
Di sisi manajemen power, Dion menyebut, Aksanawa mengonsumsi daya yang lebih rendah dibanding kapal pendahulunya. "Hal itu disebabkan oleh konsumsi memori Aksanawa hanya sebesar 20 megabyte, lebih sedikit dibanding YOLO-Boat yang memakan memori sebesar 200 megabyte," tuturnya.
Meskipun memakan memori yang lebih kecil, Dion menerangkan, Aksanawa mampu mendeteksi korban lebih akurat karena Floating Point Operations Per Second (FLOPS) yang digunakan sangat sedikit.
"Dengan FLOPS yang sedikit, Aksanawa mampu menghasilkan skor 30 frame per second," imbuh mahasiswa Departemen Teknik Komputer itu.
Lebih lanjut Dion menjelaskan, Aksanawa menggunakan model object detection berbasis deep learning untuk mendeteksi objek. Dengan model itu, minim cahaya bukan menjadi hambatan untuk pencarian korban. Alhasil, Aksanawa mampu mendeteksi objek hingga kedalaman 31 meter di bawah permukaan air.
"Selain itu, Aksanawa didesain menggunakan lambung katamaran, sehingga kapal memiliki stabilitas yang baik," ungkapnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait