Resepsi ini seperti kehidupan kita. Kelahiran adalah start memulai sejarah. Melangkah ke depan menuju Pencipta. Di sepanjang jalan kita beramal membangun peradaban. Terus bergerak ke ujung terjauh, dan biarkan Tuhan yang menentukan di mana selayaknya kita berada.
Para sufi bijak berkata: _"al-thuruq ila Allah bi adadi nujum al-sama' aw bi adadi anfas al-basyar"_ (Jalan menuju Allah setak-terhitung bintang-bintang di langit atau setak-berhingga nafas manusia). Seperti jutaan manusia, mereka mengawali miqat dan memilih jalur jalannya sendiri-sendiri. Mereka bergerak berarak ke titik resepsi. Seakan menuju sang Pencipta melalui jalan yang telah dipetakan para kiai.
Perjalanan seratus tahun terlalu panjang hanya untuk berhenti-mati. Kita harus terus berjalan karena ini kewajiban kehidupan. Bukan untuk memaksa harus mendapatkan kalungan bunga dan kursi kehormatan. Allah hanya meminta kita berjalan. Biarlah Dia sendiri yang menentukan.
Resepsi Satu Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo (7/2/23) bukan hanya sebuah selebrasi. Ini adalah momentum bagi kita untuk menjadi saksi. Sekeras dan setulus apa kita membangun peradaban. Bukan agar kita disanjungi bak pahlawan, tapi agar kita mendapatkan tempat sedekat mungkin pada Tuhan, titik akhir segala tujuan.
Penulis :
Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait