LAMPUNG, iNews.id - Menjelang pemilihan Ketua Umum PBNU, Pengasuh Ponpes Metal Moeslim Alhidayat, Gus Nurkholis Almaulani bersuara. Ia khawatir ada campur tangan pihak asing dalam proses pemilihan pimpinan di ormas Islam terbesar di Indonesia ini.
Gus Nurkholis menyatakan jika NU memiliki saham terbesar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Kita berharap saham ini tidak terpecah-pecah hingga menjadi kecil dengan berbagai macam kepentingan," ujarnya ditemui di lokasi sekitaran Muktamar NU di Lampung.
NU menurut dia memiliki peran sentral di Indonesia, yakni dalam menjaga stabilitas keamanan negara serta dalam kemajuan bangsa. Sehingga jika NU sampai dirusak dikhawatirkan bisa berdampak buruk mendalam kepada negeri ini. "Ketika sudah tercampur dengan kekuasaan asing ataupun oleh orang-orang yang ingin menguasai saham, maka Indonesia akan terancam ekonominya, budayanya, karakternya dan bisa jadi persatuan dan kesatuan," tegas dia.
Pada Muktamar kali ini, Nurkholis berharap sangat agar tidak ada satupun orang yang berusaha untuk merebut saham. Dalam proses pemilihan kali ini, Nurkholis menekankan untuk diteliti betul sosok calon yang akan dipilih nantinya. "Harus berpikir dengan hati nurani, tanpa ada campur tangan partai politik atau kekuasaan. Karena saya melihat di Lampung ini seperti pemilihan partai politik yang sudah di-setting dengan kekuatan," lanjutnya.
Indikasinya yang terlihat oleh Gus Nurkholis saat ini adalah seperti adanya klaim-klaim akan menang dan memiliki suara terbanyak. "Klaim-klaim dan segala macam ini jauh dari sifat dan karakter santun dan bukan ciri khas NU sekali," beber dia.
Nurkholis juga khawatir apabila nanti sampai ada yang melakukan pemberian bisyaroh atau bisa juga disebut Money Politic. "Dengan mengeluarkan biaya ratusan miliar maka perlu untuk dipahami, kita tahu tidak ada makan siang gratis. Apapun yang diberikan oleh para penyandang dana di belakang calon akan ditagih kembali," imbuhnya. "NU tidak untuk diperdagangkan. Tetapi NU diperjuangkan dengan khidmah dan dengan nilai-nilai akhlakul karimah," pungkasnya kembali.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait