Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, mengakui jika harga minyak mentah dunia turun, daftar harga BBM Non Subsidi tak seketika turun. Perlu evaluasi harga yang faktor perubahan harga itu tak hanya harga minyak mentah.
“Tak bisa dipungkiri di Asia Tenggara paling lama di Indonesia. Kalau di Malaysia dan Thailand sekitar 10 hari. Ada juga yang penentuan harga baru BBM setiap satu minggu dievaluasi, salah satunya Singapura. Kalau waktunya pendek ketika harga minyak turun jadi masyarakat konsumen lebih ingat satu minggu lalu habis turun (harga minyak) sehingga kalau turun (harga minyak) diturunkan harga BBM, jadi logis. Begitu juga kalau naik,” beber Khomaidi.
Menurut dia, sisi regulasi sebenarnya sudah diatur bagaimana secara berkala badan usaha, termasuk Pertamina, berhak melakukan evaluasi harga BBM nonsubsidi. Hanya ada batas atas maupun batas bawah sebagai pedoman bagi para badan usaha.
Sedangkan Josua Pardede, Chief Economist Bank Permata, mengeluarkan pendapat jika kebijakan penyesuaian BBM non-PSO (Pertamax Series seperti Pertamax, Pertamax Turbo, serta Dexlite dan Pertamina Dex) secara fkultuasi mengikuti penurunan harga minyak dunia tepat. Untuk itu Pertamina tidak perlu menunggu instruksi dari Pemerintah dalam menyesuaikan harga BBM non-PSO.
“Badan Usaha memiliki kewenangan dalam menentukan harga BBM non PSO karena BBM tersebut sama sekali tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah,” akunya.
Sementara Ketua DPC Hiswana Migas Surabaya, Ismed Jauhar mengaku jika pihaknya selalu siap dengan berbagai perubahan yang akan diterapkan oleh Pertamina.
Termasuk fluaktuasi harga yang sudah diterapkan sejak lama. Hanya saja memang perlu sosialisasi terus menerus kepada pelanggan.
"Kami sudah melakukan koreksi harga sesuai yang ditetapkan Pertamina sebagai mitra kami," tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait