GRESIK, iNewsSurabaya.id - Pulau Bawean Gresik Jawa Timur memiliki lokasi yang indah. Namun, Pulau tersebut tidak memiliki batik khas yang bisa di jiual ke luar daerah.
Pontensi itulah yang membuat Pondok Pesantren (Ponpes) Nasy’atul Barokah mengirimkan santrinya untuk mengikuti pelatihan membatik di Kota Gresik. Hasilnya, Pondok tersebut mampu memproduksi Sarung Batik Penaber khas Bawean.
“Bisnis ini dirintis oleh seorang pembatik yaitu Siti Zunayyah Budi Arty, yang melihat potensi batik di Bawean belum ada, setelah pelatihan di Ponpes Nasy'atul Barokah, pondok mengirim santri satu bulan ke Gresik ikut workshop Griya batik Gresik punya Bu Arty. Awal-awal kita hanya memproduksi kain batik, dan sekarang kita lebih fokus ke sarung,” Pengurus Ponpes Nasy’atul Barokah, Badruzaini.
Badruzaini mengatakan, produksi batik Ponpes Nasy’atul Barokah yang dirintis mulai tahun 2018 mulai berkembang, sekarang beralih ke produksi sarung batik tahun 2020. “Produk sarung batik sekarang sangat familiar di kaum santri, yang pakai sarung sekarang tidak hanya laki-laki saja tapi perempuan dan sudah biasa di kaum santri,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan Badruzaini, bahwa merek sarung batik buatan Ponpes Nasy’atul Barokah ini adalah Batik Penaber Bawean. “Penaber kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi penawar atau obat, Bawean adalah pulau. Jadi Penaber Bawean, penawar atau obat Bawean maksudnya untuk mamajukan ekonomi, budaya, dan sebagainya di Bawean dengan adanya Batik Penaber Bawean,” kata Badruzaini.
Badruzaini memaparkan, sarung batik yang pembuatannya dengan metode cap ini prosesnya dimulai dari pemotongan kain, mengecap kain dengan malam, pewarnaan kain, kemudian fiksasi atau penguncian warna, dan dilorod untuk melepas malam. “Setelah selesai di periksa layak apa tidak kalau tidak layak dibatik lagi,”paparnya.
Selain sarung batik, Badruzaini menyebut bahwa Ponpes Nasy’atul Barokah juga memproduksi kain batik dan menerima pesanan untuk talo atau ikat kepala. “Harga yang kami bandrol untuk Batik Cap adalah sekitar Rp150 ribu hingga Rp300 ribu. Kami juga memproduksi Batik Tulis dengan harga sekitar Rp350 ribu hingga Rp500 ribu,” sebutnya.
Badruzaini mengungkapkan, keuntungan yang didapat dari harga itu, sekitar Rp20 ribu sampai Rp100 ribu per produknya. “Omzet yang kita dapat tidak tentu, biasanya Rp1 juta hingga Rp5 juta,” ungkapnya.
Terkait strategi pemasaran, Badruzaini menerangkan, pihaknya mencoba dengan mencari distributor dan reseller. “Untuk pemasaran online kita akan memanfaatkan media sosial dengan memasang iklan seperti google ads, tiktok ads, dan sebagainya. Pemasaran kami memang masih belum mencapai ekspor impor, tapi sudah banyak orang dari mancanegara yang membeli batik langsung di Penaber, karena wilayah Penaber sering dikunjungi wisatawan turis mancanegara maupun turis local,” tuturnya.
Badruzaini pun menyampaikan, target pasar dari produksi ini adalah kaum santri, karena sebagai seragam di pondok pesantren mereka. Menurutnya, produksi batik ini minim pesaing karena di Bawean tidak ada yang membuat batik.
“Produksi kita ini bisa jadi oleh-oleh dari Pulau Bawean, dan untuk sarung, setiap tahun santri berganti sarung baru. InsyaAllah kita kerja sama dengan lembaga maupun organisasi, dengan begitu semoga didukung oleh pemerintah baik tingkat kecamatan maupun provinsi,” tukasnya.
Saat ini, lanjut Badruzaini, yang sedang dilakukan Ponpes Nasy’atul Barokah untuk bisnis produksi sarung batik agar tetap berjalan adalah membangun sistem yang solid, merekrut tenaga kerja yang kompeten, dan meningkatkan ekonomi keuangan demi kelancaran proses produksi.
“Sampai sekarang, kita masih belajar untuk membuat bisnis plan, pondok pesantren belum bisa mendapat ekonomi yang bisa memandirikan pesantren, maka semoga bisnis kami ke depan semakin berkembang sehingga pemasaran kami bisa mencapai tahap ekspor impor,” ucapnya.
Ponpes Nasy’atul Barokah dari Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik ini adalah salah satu peserta OPOP Jatim yang bergabung tahun 2021 dan terdata pada 2022 kemarin. Dikatakan Badruzaini, dengan bergabung ke OPOP, Ia jadi lebih memperluas jaringan dan pemasaran produksi sarung batiknya.
“Dengan menjadi peserta OPOP Jatim, saya jadi bertemu komunitas sesama pesantren yang punya produksi bisnis sendiri untuk mengembangkan dan memberdayakan pesantrennya. Maka, harapan saya kepada OPOP ke depan agar terus mengadakan pelatihan desain dan dilakukan pengembangan OPOP Mart yang mudah digunakan seperti platform marketplace yang lain,” pungkasnya.
Program OPOP Jatim sendiri adalah salah satu program Pemprov Jatim yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis pondok pesantren melalui pemberdayaan santri, pesantren, dan alumni pondok pesantren.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait