GRESIK, iNewsSurabaya.id - Tanaman bambu berpotensi besar sebagai tanaman konservasi lingkungan maupun sebagai tanaman produktif. Berbagai varietas tanaman bambu di Indonesia pada saat ini dalam kondisi terancam punah, bahkan berbagai jenis tertentu dari tanaman ini hanya bisa ditemui di daerah-daerah tertentu.
Kebutuhan akan tanaman bambu yang sangat besar untuk kepentingan ekonomi, serta kurangnya upaya budi daya bambu, membuat bambu semakin menjadi tanaman langka di Indonesia. Upaya budi daya secara massal perlu dilakukan. Salah satu upaya budi daya bambu yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikan bamboo sebagai tanaman konservasi lingkungan, terutama untuk menambah cadangan air tanah.
Sebagai tanaman perintis, bambu mudah ditanam di berbagai jenis dan tekstur tanah. Perawatannya juga relatif mudah dan murah. Berbagai keistimewaan itu membuat bambu sangat sesuai dijadikan sebagai tanaman penting untuk mendukung berbagai upaya konservasi lingkungan di Pulau Bawean.
Kenapa Bambu, karena sifat tanaman tersebut mampu :
1). Menahan kelongsoran tanah karena akarnya kuwat menyebar kesamping dan kebawah
2). Bambu tahan kekeringan dan mampu menyerap air hujan hampir 70% sehingga akan timbul sumber-sumber air sebagai cadangan saat kemarau.
3). Bambu mampu tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 1.500 DPL.
4). Bambu mempunyai nilai ekonomis tinggi, sebagai bahan energi pengganti batu bara. Negara - negara Asean dan Eropa skrg pakai briket bambu sebagai bahan bakar. (Batang Bambu Usia 5 tahun diserbukkan dan padatkan menjadi briket).
Tanaman bambu berpotensi besar sebagai tanaman konservasi lingkungan maupun sebagai tanaman produktif. Foto iNewsSurabaya/ist
"Kita bisa evaluasi di berbagai kawasan Pulau Bawean bahwa daerah resapan air di pengunungan harus banyak tanam bambu, kami sebagai penggagas masyarakat ekonomi bambu Indonesia, bersedia mendampingi serta mengedukasi untuk masyarakat pulau Bawean dengan membuat pembibitan bambu sampai proses Budi dayanya di kawasan rawan longsor," kata Direktur PKPOT dan Pakar Perkumpulan Konservasi Bawean Prof. Dr. Hariyadi.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait