SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) terus berupaya mempercepat reaktivasi jalur rel kereta api di pulau Madura dengan mengintensifkan komunikasi ke pemerintah pusat.
Selain itu juga melakukan langkah strategis guna mendorong menjadikannya sebagai prioritas utama. Pasalnya jalur rel kereta api ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Madura.
Selain menjadi transportasi massal yang efektif dan efisien, juga membawa dampak luas bagi pertumbuhan ekonomi di pulau garam tersebut.
“Salah satu langkah kongkrit ditunjukkan disini adalah surat resmi Ibu Gubernur yang dilandasi kajian dan kelayakan yang menyatakan dari 13 ruas, 7 ruas plus di Perpres 80 ada Kamal sampai ke Sumenep," kata Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak saat menjadi keynote speaker pada Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Reaktivasi Kereta Api Madura, Siapa Untung ?” di Surabaya, Selasa (21/3/2023).
Emil menyebutkan, banyak tantangan dan kendala yang harus diselesaikan semua pihak baik Pemprov Jatim, pemda dan Stakeholder di wilayah Madura.
Kompleksitas permasalahan ini jangan sampai menjadi alasan menghentikan upaya reaktivasi jalur kereta Madura ini.
“Jalur kereta yang sudah ada ini melibatkan 14 stasiun, 97 jembatan. Tapi mungkin ada titik-titik tertentu yang sudah di okupansi. Secara sertifikat masih milik Negara, tapi mengkompensasinya bagaimana kalau justru sudah jadi bangunan permanen,” kata Emil.
Mantan Bupati Trenggalek itu menyampaikan sikap optimistis pemprov Jatim dalam percepatan reaktivasi jalur kereta api ini.
Oleh karena, itu pihaknya mendorong agar bisa masuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024-2029, karena masalah anggarannya membutuhkan biaya yang besar.
“Kita bisa optimistis minimal ditahun ini kita bisa mendapatkan lampu hijau, tetapi memang ini kemungkinan besar akan membutuhkan anggaran diluar anggaran korporasi," ujarnya.
Ketua Komisi B DPRD Jatim Aliyadi Mustofa mengatakan, proses reaktivasi jalur kereta Madura ini tidak serta merta harus segera direalisasikan, tetapi haruslah mengikuti tahapan-tahapan yang sudah disusun oleh pemerintah.
“Kultur itu tadi kalau Madura. Jadi tahapan itu harus kita ikuti apa yang ada di Perpres 80, tidak semata-mata kemauan masyarakat Madura, tapi diterbitkan melalui peraturan presiden, makanya kita sebagai masyarakat Madura disamping ikut mengawal tetapi juga memberikan pemahaman kepada masyarakat Madura,” Jelasnya.
Pakar tranportasi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Hera Widyastuti menilai, reaktivasi jalur kereta api di Madura bisa menjadi transportasi massal yang mampu mengurangi kemacetan.
Reaktivasi juga diyakini akan menimbulkan efek domino terhadap banyak sektor, terutama pariwisata di Madura yang kurang terjamah dampak minim infrastruktur.
“Dengan pergerakan transportasi ini (reaktivasi kereta) bisa mengangkat PDRB (produk domestik regional bruto) dari daerah-daetah yang dilewati,” kata Hera.
Sementara itu, Ketua DPP Ormas Madura Asli (Madas), Berlian Ismail Marzuki, yang juga hadir dalam forum mengatakan, warga Madura sangat menantikan pembangunan infrastruktur yang menyambungkan Pulau Garam.
Menurutnya, banyak warga Madura yang merantau salah satunya dampak keterbatasan infrastruktur, membuat pengembangan daerah sulit dilaksanakan.
“Kenapa Madura banyak merantau, karena di tanah kita tidak bisa (berkembang) karena aksesnya terhambat," katanya.
Sebagai informasi, reaktivasi jalur kereta api Madura ini sudah tertuang pada Peraturan Presiden (Perpres) No 80 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila), Kawasan Bromo Tengger Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan,turut menargetkan reaktivasi jaringan kereta api dari Kamal (Bangkalan) hingga Kalianget (Sumenep).
Jalur kereta api Madura sendiri sudah ada sejak zaman Belanda dan sudah tidak aktif, setidaknya ada 14 Stasiun pada jalur kereta sepanjang 225 kilometer di Pulau Madura.
Jalur kereta ini menghubungkan Stasiun Kamal di ujung barat Madura dan Stasiun Kalianget di Sumenep yang merupakan stasiun ujung.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait