Ibarat paribasane arek Suroboyo "gak onok ambu, gak onok rupo tapi kahanane nyoto", tim caretaker yang dipimpin Bapak H.Umarsyah yang terhormat ini secara mak bedunduk dijadikan sebagai kepengurusan definitif PCNU Surabaya 2023-2024 pada 21 Maret 2023 berbekal Surat Keputusan PBNU No.203/PB01/A.II.01.45/99/04/2023 Tentang Penunjukan dan Kepengurusan Definitif Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2023-2024.
Beberapa tokoh bereaksi seperti Wakil Ketua PWNU Jatim, KH. Abdussalam Shohib Bisri yang dalam tulisan terbuka beliau melihat ada unsur "syubhat" dari proses penunjukan pengurus caretaker yang dijadikan definitif ini. Gus Salam, panggilan akrab beliau, memandang peristiwa ini merupakan ketidaklaziman dan bukanlah sikap yang bijak seperti yang diteladankan para Muasis NU yang selalu mengedepankan ilmu dan kemuliaan dalam berjam'iyah.
Tokoh lain berikutnya yang bereaksi adalah Cak Dr. H. Muhammad Yazid yang merupakan salah satu pimpinan PCNU de facto hasil Konfercab 2021 sekaligus Ketua FKUB Kota Surabaya yang merasakan hal yang sama dengan Gus Salam mengenai carut-marutnya persoalan internal jam'iyah yang diciptakan sendiri oleh PBNU ini.
Saya juga yakin tokoh-tokoh NU yang lain pun yang selama ini selalu membersamai grassroot di level MWC dan Ranting pun merasakan hal yang sama dengan beliau-beliau di atas, dengan asumsi pertanyaan mendasar yang sama: "Sak jane onok opo sih PBNU iki, kok sampek sak monone?".
Asumsi ini juga ada di benak saya sebagai jurnalis sekaligus warga NU yang seringkali datang untuk meliput kegiatan seremonial jam'iyah ataupun ikut terlibat kegiatan sholawatan, ngaji ndek-ndekan atau setidaknya hanya sekedar cangkruk ngalap barokah dari tempat keramat nan bersejarah di kantor PCNU Surabaya (Hofdbestuur NO/HBNO) ini.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait