BANYUWANGI, iNewsSurabaya.id - Pupuk subsisi langka. Hal itu menjadikan para petani beralih ke pupuk organik teknologi nano "Portan">petani cabai di Banyuwangi.
Portan dikembangkan oleh ilmuwan tanah air dan diproduksi oleh Arulife, pupuk Portan menggunakan teknologi nano untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pupuk organik. Hal ini membuatnya menjadi alternatif yang ramah lingkungan dan lebih terjangkau bagi petani.
Sunoto yang merupakan seorang petani cabai di Silirbaru, Banyuwangi mengakui bahwa penggunaan pupuk Portan sangat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman cabainya.
"Yang pertama dari segi harga terbilang sangat murah, saya biasanya mengeluarkan uang sekitar 2-3 juta untuk 1 hektar. Sekarang saya hanya perlu keluar 200 Ribu jadi saya bisa hemat biaya produksi. Jadi ya Alhamdulillah dengan wasilah pupuk Portan saya bisa menghemat sampai 10 jt Biaya Pupuk setiap 15 hari. Yang kedua kualitas pupuknya sangat bagus, terbukti dari hanya beberapa hari saya pakai langsung terlihat di tanaman cabai saya," Selasa (02/5/2023).
Sunoto mengungkapkan, alasan mengapa dirinya mau menggunakan pupuk portan ini tidak lain adalah langka dan mahalnya pupuk kimia.
Kata dia, petani sulit mendapatkan yang bersubsidi, karena sistemnya dijatah. Selain itu, di tahap awal juga Sunoto juga diberikan gratis sebagai bahan demplot (demoplot) dan didampingi untuk penggunaannya pupuknya.
"Oleh karenanya saya melihat bahwa Arulife ini memang betul-betul ingin membantu mensejahterakan petani," imbuh Sunoto.
Kenaikan harga pupuk kimia dan kelangkaan pupuk subsidi menjadi masalah serius bagi petani di seluruh Indonesia.
Penggunaan alternatif seperti pupuk Portan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan memperkuat keberlanjutan pertanian.
Arulife berharap penggunaan pupuk organik ini dapat semakin meningkat dan membantu memperkuat ketahanan pangan di Indonesia.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait