BANYUWANGI, iNewsSurabaya.id - Menandai hari jadinya yang ke-15 tahun, Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) menggelar expo dan peluncuran buku sejarah Poliwangi pada Kamis (22/6/2023).
Expo digelar menyusul pelaksanaan wisuda yang dilakukan awal pekan lalu, bertujuan untuk mefasilitasi para alumni dan mahasiswa di semester akhir dalam mencari lapangan pekerjaan dan tempat magang.
Lebih dari 25 stand perusahaan, mitra dunia usaha, dan stan prodi terlibat dalam kegiatan Poliwangi Expo yang digelar di halaman kampus dalam bentuk career day, job fair, bazzar and open house.
Setelah resmi dibuka ekspo segera dihadiri oleh banyak pengunjung. Mereka dapat melamar lowongan kerja, mencari informasi mengenai prodi dan jurusan yang ada di Poliwangi.
Salah satu peserta expo adalah PT Markija Berdaya. Ini sebuah perusahaan yang memberi kesempatan kepada para pemuda-pemudi untuk magang kerja ke Eropa, antara lain ke Hungaria.
Sedang buku yang diluncurkan berjudul “15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi, Berkarya untuk Negeri” setebal 247 halaman fullcolour digarap oleh tim penulis praktisi dan mantan jurnalis Sukemi, Adriono, dan Rusdi Zaki.
Buku ini berisi tentang jejak langkah Poliwangi dari mulai dirintis, berdiri sebagai perguruan tinggi swasta, sampai menjadi politeknik negeri yang maju hingga saat ini.
Buku berkisah tentang sebuah kampus yang berlokasi di kawasan Labanasem, Kec. Kabat, Banyuwangi, yang dulu sempat dibully sebagai kampus PPP atau paran-paran padang alias tidak ada apa-apanya. Tetapi kini menjadi politeknik besar di Bumi Blambangan yang memiliki sarana praktik hotel sebanyak 53 kamar dan tengah menambah gedung baru setinggi tujuh lantai.
Acara peluncuran buku berlangsung di café gedung Hotel Jinggo Poliwangi. Dihadiri undangan dari sejumlah pimpinan perguruan tinggi swasta di Banyuwangi, pejabat dari pemerintah daerah Banyuwangi, pemerhati pendidikan, serta warga intern kampus.
Peluncuran buku dikemas dalam bentuk talkshow yang santai tapi serius. Hadir narasumber orang-orang yang berperan besar dalam melahirkan Poliwangi, yaitu Dr. Ratna Ani Lestari, SE, MM (Bupati Banyuwangi periode 2005-2010), Drs. H. Sabari, M.Pd, Ketua Yayasan Pendidikaan Tinggi Banyuwangi (YPTB), dan Sugihartoyo, SH, MH, anggota tim teknis pendirian Poliwangi.
Ratna mengatakan, dulu ide mendirikan Poliwangi adalah untuk menolong dan mengembangkan SDM di daerahnya, terutama para petani dan nelayan. Juga ingin mengembangkan dunia pariwisata, karena berdekatan dengan Pulau Bali. Bukan untuk tujuan komersial sama sekali.
Dirinya mengaku bersyukur jika akhirnya Poliwangi yang inisiasi awal oleh Pemkab Banyuwangi dan didukung DPRD tersebut dapat berkembang pesat.
“Waktu itu ada 60 kabupaten di Indonesia yang berminat mendirikan politeknik, tetapi jatah untuk batch 2 hanya ada enam titik. Setelah diseleksi yang dapat hanya lima titik, salah satunya ya Poliwangi ini,” katanya.
Sementara itu Sugihartoyo, SH, MH, menjelaskan urgensi membuat buku sejarah bagi sebuah institusi. “Sejarah adalah spirit. Jika sejarah itu tertulis, maka nilai-nilai dan spirit yang menjiwai para perintis dan pendiri saat mendirikan Poliwangi dapat dikenali lalu dapat diwariskan kepada generasi penerusnya,” katanya.
Sugihartoyo menceritakan betapa kehadiran Poliwangi saat itu membutuhkan keberanian dari pimpinan daerah yang dituntut untuk berkontribusi dalam penyertaan pembiayaan dengan komposisi 70 persen pusat dan 30 persen daerah.
“Tentu butuh keberanian dan lobi-lobi tingkat tinggi agar APBD dapat memenuhi persyaratan yang ditretapkan pusat,” katanya.
Waktu itu, katanya menambahkan, pimpinan daerah hanya berpikir bagaimana warga Banyuwangi bisa memperoleh Pendidikan tinggi yang memadai di daerah sendiri agar devisa masyarakat tidak ke luar dari Banyuwangi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait