SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pada Mei 2022 lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) menemukan sebanyak 1.247 ekor sapi potong terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Ribuan sapi itu tersebar di empat kabupaten di Jatim. Yakni di Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Lamongan.
Kasus pertama dilaporkan terjadi di Kabupaten Gresik pada 28 April 2022 dengan jumlah kasus sebanyak 402 ekor sapi potong. Sapi ini tersebar di 5 kecamatan dan 22 desa. Kasus ke dua dilaporkan pada 1 Mei 2022 di Kabupaten Lamongan. Dimana ada sebanyak 102 ekor sapi potong yang terindikasi mengalami PMK dan tersebar di 3 kecamatan dan 6 desa.
Di hari yang sama, Kabupaten Sidoarjo juga ditemukan kasus yang menjangkit sebanyak 595 ekor sapi potong, sapi perah dan kerbau. Kasus itu ditemukan dengan sebaran di 11 kecamatan dan 14 desa. Sedangkan kasus keempat terlaporkan pada tanggal 3 Mei 2022 di Kabupaten Mojokerto. Kasus yang dilaporkan tercatat ada 148 ekor sapi potong yang tersebar di 9 kecamatan dan 19 desa.
Diketahui, tanda-tanda klinis PMK pada hewan ternak meliputi, demam tinggi (39-41 derajat celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, luka-luka seperti sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak mau makan, kaki pincang, luka pada kaki dan diakhiri lepasnya kuku, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis dan menjadi kurus.
Berdasarkan penjelasan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), PMK merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100 persen. Namun, penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan.
Pada Jumat (6/5/2022), Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), Kemenko Perekonomian dan juga dengan empat bupati yang wilayahnya terjangkit wabah. Kemudian kalangan kampus khususnya Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair). Rakor itu digelar secara maraton guna merumuskan langkah komprehensif penghentian penularan PMK pada hewan ternak agar tidak meluas ke daerah lain.
Hasil rakor memutuskan, akan dilakukan penutupan sementara pasar hewan pada daerah wabah, melakukan depopulasi terbatas pada ternak yang terkonfirmasi positif PMK sesuai SOP Kementan serta melakukan pengobatan. Pemprov Jatim juga melakukan penyiapan vaksinasi pada ternak sehat di daerah terancam minimal cakupan 70 persen dari populasi.
Disisi lain, Pemprov Jatim melakukan percepatan pengendalian PMK yang menginfeksi ribuan hewan ternak di Jatim. Salah satunya dengan melakukan isolasi ternak sakit berbasis kandang, lockdown daerah tertular PMK berbasis desa atau kecamatan.
Kemudian pengobatan ternak sakit berbasis simptomatis (Antibiotika, Analgesik, Antipiretik dan vitamin), penutupan sementara pasar hewan, pembatasan lalu lintas ternak, desinfeksi kandang dan lingkungan serta penyiapan vaksin PMK.
Sampai dengan Minggu (29/5/2022), jumlah kasus PMK di Jatim sebanyak 17.934 ekor sapi yang tersebar di 25 kabupaten dan kota di Jatim. Dari jumlah tersebut, 15.521 ekor sapi dilaporkan sakit, 2.289 ekor sembuh, dan 124 ekor mati.
Sedangkan sampai dengan Senin (30/5/2022), status wilayah PMK di Jatim terbagi menjadi empat berdasarkan unit epidemiologi kabupaten. Yakni wilayah bebas yakni kabupaten yang belum ada kejadian tanda klinis PMK, Wilayah Terduga yakni kabupaten yang sudah ada kejadian penyakit dengan tanda klinis PMK daj belum teronfirmasi laboratorium.
Kemudian wilayah tertular yakni kabupaten yang sudah ada kejadian penyakit dengan tanda klinis PMK dan terkonfirmasi positif oleh laboratorium. Serta wilayah wabah yakni kabupaten tertular dan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai wilayah wabah.
Wilayah wabah di Jatim yakni Lamongan, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo. Kemudian Wilayah Tertular yakni Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Jombang, Batu, Jember, Magetan, Surabaya, Kota Malang, Kota Probolinggo, Tuban, Bojonegoro, Bangkalan, Madiun, Bondowoso, Sumenep, Sampang, Kediri, Nganjuk, dan Ponorogo.
Kemudian wilayah terduga yakni Pacitan, Blitar, Kota Kediri dan Situbondo. Sedangkan Wilayah Bebas PMK yakni Pamekasan, Banyuwangi, Kota Pasuruan, Kota Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kota Madiun, Ngawi dan Kota Mojokerto.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Jatim merupakan produsen sapi terbesar di Indonesia. Untuk itu, ketika penyakit PMK pertama kali muncul maka hal ini menjadi perhatian serius. Sebab dibutuhkan penanganan secara komprehensif. Tidak hanya di Jatim, namun juga daerah-daerah lain. “Di Jawa Timur, vaksinasi PMK langsung kami gencarkan sejak PMK dinyatakan sebagai wabah nasional," kata Khofifah.
Saking seriusnya dalam menggencarkan vaksinasi, Jatim berhasil menjadi provinsi dengan capaian tertinggi vaksinasi PMK. Data dari https://siagapmk.crisis-center.id/ per 21 September 2023 pukul 18.36 WIB, capaian vaksinasi PMK selama tahun 2022 - 2023 di Jatim adalah tertinggi di Indonesia mencapai sebanyak 7.394.614 dosis. Dan mampu berkontribusi 39% dari total vaksinasi PMK nasional yaitu 19.554.202 dosis. "Capaian ini menunjukkan komitmen berbagai pihak atas keseriusan penanganan PMK di Jatim," ujar Khofifah.
Jatuh Bangun Peternak Sapi Diterjang PMK
Wabah PMK mengakibatkan para peternak di Jatim tersungkur. Tak terkecuali para peternak sapi perah di wilayah Kota Batu. Kota Madya ini ini dikenal sebagai wilayah penghasil susu sapi yang terkenal tidak saja di Jatim, tapi juga nasional. Salah satu daerah penghasil susu di Batu ada di Dusun Brau Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji.
Sebelum menjadi penghasil susu sapi, Dusun Brau adalah kawasan yang tertinggal. Daerahnya terpencil, dikelilingi bukit. Penduduknya bekerja sebagai buruh tani bahkan sempat dikenal sebagai desa preman. Kondisi tersebut berubah sejak tahun 2012 sejak warga beralih menjadi peternak. Kesejahteraan warga setempat berangsur meningkat.
Hingga kemudian bencana PMK melanda. Dampak dari PMK, dari sekitar 1.500 ekor ternak sapi yang dipelihara, saat ini tinggal 1.200 ekor. Para peternak sempat putus asa karena banyak sapi yang mati. "Sebagian ada yang menjual sapinya dengan harga murah karena tak sanggup menghadapi wabah PMK," kata Kepala Dusun Brau Fendi Tri Hermawan.
Ketua Kelompok Peternak Sapi Perah Dusun Brau, Munir Khan mengatakan, dalam sehari susu yang dihasilkan dari seluruh peternak mencapai 5.000 liter. Dari jumlah tersebut digunakan untuk memasok industri pengolahan susu nasional seperti Nestle dan Indolakto.
Namun kondisi tersebut berubah drastis saat wabah PMK menyerang. Ratusan ternak mati, peternak pun putus asa dan menjual ternaknya. Tak ayal produksi susu menurun drastis dan tidak bisa lagi memasok ke perusahaan yang menjadi mitranya. Peternak pun menjual sapi sapinya dengan harga murah, dan tidak lagi mempedulikan produksi susunya.
Pelan tapi pasti. Gerak cepat dinas peternakan melakukan vaksinasi massal membuat asa peternak kembali muncul. Kondisi wabah mulai bisa dikendalikan dan peternak kembali lagi meski belum maksimal. "Saat ini di Brau geliat peternak mulai terasa. Hasilpun juga meningkat. Kita bangkit untuk kembali menjadi wilayah penghasil susu sapi di Jatim dan nasional," ujar Munir Khan.
Warga Dusun Brau yang juga peternak sapi perah, Arianto Jamal mengaku memiliki sapi perah sebanyak 13 ekor. Namun tidak semua sapinya bisa diperah susunya karena untuk bisa memeras susunya sapi tersebut harus sapi induk dan juga sapi tersebut sudah pernah melahirkan sebelumnya.
Setiap pagi dan sore Jamal selalu memerah susu sapi yang mana merupakan sebagai kegiatan rutinan setiap harinya. Kegiatan tersebut dikaukan Jamal seorang diri sebanyak dua kali sehari. Sebelum diperah, sapi-sapi tersebut akan dimandikan terlebih dahulu agar kualitas susunya baik. "Setiap hari, sapi-sapi saya bisa menghasilkan 100 liter susu yang kemudian akan diambil oleh petugas dari koperasi," katanya.
Saat wabah PMK, kata dia, seluruh sapinya tidak berproduksi susu. Bahkan saat wabah tersebut, dari 13 sapi yang dimilikinya, mati 5 ekor, dijual 2 ekor dengan harga total Rp6 juta. Jamal mengaku total kerugian yang dialaminya selama wabah PMK lebih dari Rp120 juta. "Saat pemulihan, biaya pakan/konsentrat meningkat. Selama 3 bulan menghabiskan biaya sekitar Rp12 juta," ujarnya.
Pada masa penyembuhan, sapi milik Jamal tinggal 5 ekor. Kemudian sapinya mendapatkan vaksinasi gratis dari pemerintah. Selain itu Jamal mendapat ganti rugi dari pemerintah sebesar Rp 10 juta per ekor. “Saya mendapat ganti rugi dari pemerintah sebesar Rp 40 juta rupiah. Hanya 4 sapi yang mendapatkan ganti rugi, karena yang 1 sapi tidak terdaftar,” terangnya.
Uang ganti rugi dari pemerintah digunakan Jamal untuk membayar hutang kepada pengepul pakan/konsentrat selama pemulihan. "Alhamdulillah, setelah kondisi sudah aman dan terkendali bisa membeli 2 ekor babon (sapi bunting) seharga Rp42 juta,” katanya.
Kepala Pertanian Kota Batu Heru Yulianto menambahkan, Brau menjadi salah satu wilayah penting di Kota Batu. Selain wisata juga sebagai produsen penghasil susu sapi. Karenanya Pemkot Batu berkomitmen untuk membangkitkan kembali Brau pasca diterjang PMK. "Pemkot Batu akan terus melakukan monitoring dan evaluasi agar kebangkitannya bisa lebih cepat," katanya.
Kepala Dinas (Kadis) Peternakan Jatim Indyah Aryani menyatakan, Jatim sejak Agustus 2023 nol kasus PMK. Untuk benar-benar dinyatakan terbebas dari PMK, hewan ternak yang rentan seperti sapi, kerbau, kambing dan babi harus divaksin minimal 90 persen atau bahkan 100 persen dari total populasi. "Target kami di tahun 2023 menyuntikkan 7,3 juta dosis vaksin kepada hewan ternak yang rentan PMK. Untuk mencapai vaksinasi 100 persen, karena keterbatasan SDM yang menyuntikkannya, kami targetkan sampai tiga tahun mendatang," ucapnya.
Sebelum pandemi PMK melanda pada Mei 2022, populasi sapi perah di Jatim terdata sebanyak 305.000 ekor yang tersebar di berbagai daerah kabupaten/ kota wilayah Jatim. Sekarang tersisa 290.000 ekor. PMK juga menyebabkan luka pada kaki sapi sehingga tidak kuat berdiri karena kondisinya lemah yang mempengaruhi berahinya. Kalaupun ada yang bunting, anak atau pendet yang dilahirkan tidak sehat dan bahkan rentan terjangkit PMK.
"Namun seiring digencarkannya vaksinasi PMK kepada hewan ternak yang rentan di Jatim, perlahan performa sapi perah mulai berangsur pulih meski belum 100 persen. Sekarang per ekor sapi perah bisa menghasilkan susu sebanyak 9 liter per hari. Juga mulai berahi dan banyak yang bunting," katanya.
Menurutnya, untuk memulihkan performa sapi perah 100 persen, memang terlebih dahulu harus terbebas dari PMK. Sembari menjalankan program vaksinasi, khususnya untuk memulihkan performa sapi perah yang masih terdampak PMK agar dapat kembali menghasilkan susu dengan maksimal seperti semula, Pemprov Jatim memberikan stimulus kepada peternak.
"Diantaranya, menyalurkan pakan ternak konsentrat sebanyak 25 ribu ton melalui koperasi maupun kelompok tani yang menaungi para peternak sapi perah di tiap kabupaten/ kota wilayah Jatim. Selain itu mendirikan lumbung pakan ternak sebagai stok bagi peternak agar sapi perah tidak kekurangan makanan, sehingga menjadi sehat dan dapat menghasilkan susu dengan maksimal," katanya.
Menurutnya, kunci keberhasilan pengendalian PMK adalah komitmen bersama mulai dari pimpinan terutama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, komitmen kepala daerah kabupaten/kota, dari Dinas teknis yang menangani baik di pusat, provinsi, kab/kota dan stakeholder yang lain.
Vaksinasi memang satu-satunya cara untuk mengendalikan penyakit, selain juga untuk menghambat dan pencegahan. Paling tidak minimal 90 persen populasi ternak harus sudah divaksin seperti sapi, kambing, kerbau, domba yang saat ini mencapai 10,4 juta ternak. "Target vaksinasi di Jatim 100 persen. Vaksin pun sudah tersedia. Tinggal bagaimana kita memanage waktu untuk menyelesaikan vaksin 10, 4 juta itu," katanya.
Hanya saja, faktor kelemahan yang masih harus diatasi dalam mengantisipasi adanya penularan PMK pada ternak di Jatim yakni pengawasan lalulintas ternak Jatim. Baik yang keluar maupun masuk.
Di Jatim terdapat 10 cek point lalu lintas ternak. Seperti di Ambulu (Banyuwangi), Badekan (Ponorogo), Mantingen (Ngawi). Kesulitannya, sekarang sudah banyak tol. Sehingga petugas kesulitan mencegatnya. "Untuk itu, kami sudah bekerjasama dengan Polda Jatim dan Dinas Perhubungan untuk melakukan pengawasan lalu lintas ternak di jalan tol," terang Indyah.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait