Apresiasi Sandiaga itu tidak lepas dari sejumlah inisiatif program pemberdayaan UMKM yang dilakukan Sampoerna melalui Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia”.
Sandiaga lantas memuji kolaborasi yang dilakukan SETC, BRIN, mitra tanggung jawab sosial perusahaan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK) untuk meningkatkan kapasitas UMKM. Menurutnya, dengan jumlah UMKM Indonesia sangat besar, terdapat tanggung jawab besar juga untuk membantu para pelaku UMKM agar naik kelas dan menjadi besar.
Menparekraf mengingatkan, dengan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64 juta, wadah edukasi meningkatkan kapasitas UMKM sangat terbuka. Jumlah UMKM yang besar juga menjadi pekerjaan rumah agar UMKM bisa naik kelas dan menjadi besar.
Menparekraf lantas memberikan tiga tips agar UMKM bertumbuh yakni selalu melakukan inovasi, adaptasi terhadap perubahan dan aktif berkolaborasi ketimbang kompetisi.
Tidak lupa Sandiaga mengajak UMKM untuk selalu memiliki semangat 3G, yakni Gercep atau gerak cepat; Geber atau gerak bersama; dan Gaspol atau garap semua potensi online untuk menciptakan perubahan dan transisi menuju Indonesia Emas 2045.
"Ini yang selalu saya titipkan: Dukung terus produk-produk UMKM kita dan jangan lupa berwisata di Indonesia," imbuhnya.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, yang juga menjadi panelis pada acara IDEAL, mengatakan bahwa modal utama UMKM ialah kreativitas. Jika ingin naik kelas, UMKM butuh sentuhan teknologi. Penerapan teknologi bagi UMKM sejatinya tidak rumit karena banyak teknologi sederhana tetapi tepat guna.
Dia mencontohkan teknologi dibutuhkan untuk bisa sangrai kopi dengan kualitas yang seragam. Contoh lainnya ialah pengalengan makanan sehingga produk siap saji lebih awet untuk jangka waktu tertentu.
“Teknologi itu tidak selalu hal yang rumit-rumit. Yang simpel justru banyak. Simpel, sederhana, tapi kena, itu kuncinya,” ujarnya.
Untuk menerapkan teknologi tepat guna, UMKM perlu dihubungkan dengan pihak yang bisa menyelesaikan masalah tersebut. BRIN terbuka bagi UMKM yang ingin berkonsultasi dan memanfaatkan fasilitas, dengan catatan bisa bekerja sama, seperti yang dilakukan bersama SETC dan INOTEK.
Sementara itu, Direktur Sampoerna Elvira Lianita mengatakan, Sampoerna senantiasa berkomitmen untuk mengembangkan UMKM yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional. Saat ini, salah satu tantangan utama bagi UMKM agar dapat berkembang ialah akses pasar.
“Oleh karena itu, kami berupaya menjawab tantangan tersebut melalui rangkaian kegiatan pendampingan UMKM dengan lebih dari 36 topik pelatihan, termasuk digitalisasi, legalitas usaha, QRIS, dan lainnya. Tujuannya ialah memperluas akses pasar hingga pengembangan bisnis bagi para UMKM peserta,” ujar Elvira.
Elvira mengatakan, Sampoerna percaya bahwa digitalisasi dan pendampingan ialah kunci untuk mendukung UMKM agar semakin berdaya dan dapat menjadi bagian dari rantai pasok global.
Sebagai informasi, program kolaborasi yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan mendorong UMKM go digital ini menyasar sekitar 1.000 UMKM di wilayah DKI Jakarta dan Banten.
Program ini telah membantu para pelaku UMKM onboard di marketplace dan media sosial. Lebih dari 500 UMKM memiliki QRIS dan barcode produk, lebih dari 800 memiliki legalitas usaha dan lebih dari 30 UMKM yang produknya dipromosikan melalui kegiatan Nusantara Festival (B1GI).
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait