SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Siapa sangka ternyata kulit pisang bisa diolah sedemikian rupa menjadi makanan yang lezat. Bahkan bisa diracik jadi humburger. Seperti yang dilakukan oleh beberapa pelajar Surabaya yang tergabung dalam Trash2Treasure.
Pelajar kreatif itu yakni Aurelia Leowinata, Giannella Surya, Jessica Wijaya, Michelle Wilson, dan Vincent Hamdali. Para pendiri Trash2Treasure ini merupakan siswa penerima Beasiswa Indonesia Maju dari sekolah-sekolah yang berbeda.
Trash2Treasure selama ini konsisten bergerak untuk mengurangi sampah makanan dan pakaian bekas, limbah diolah menjadi karya-karya inovatif, seperti selai, burger, ikat rambut, dan tas jinjing.
Kelompok ini juga telah bekerjasama dengan berbagai sekolah dan komunitas di Surabaya untuk mengadakan workshop pengolahan sampah. Salah satunya di SMA Gloria 2 Surabaya. Dengan penuh keceriaan, Trash2Treasure menularkan ilmunya kepada pelajar di sekolah tersebut.
Tak ayal, para peserta yang selama ini tidak pernah merasakan bagaimana meracik makanan sendiri akhirnya tertarik dan menikmati setiap proses membuat humburger.
Co-founder Trash2Treasure Surabaya, Clarissa Aurelia Leowinata mengatakan organisasi ini didirikan dibawah naungan Beasiswa Indonesia Maju dan Kementrian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi Indonesia.
“Trash2Treasure telah bekerjasama dengan berbagai sekolah dan komunitas di Surabaya untuk mengadakan workshop pengolahan sampah. Dalam satu rangkaian acara, minimal 1 kilogram sampah akan diubah menjadi produk baru,” kata Aurelia, Kamis, (26/10/23).
Menurut Aurelia, masalah kedua sampah ini sangat genting. Namun, jarang diperhatikan, soalnya dampak negatifnya juga jarang dibahas. Bahkan, 552 triliun uang negara sudah habis dikarenakan sampah makanan sendiri.
Vincent salah satu co-founder T2T menambahkan, tim mengaku beruntung sudah diberi platform oleh pemerintahan dan Kemendikbudristek. Sehingga, bisa menyalurkan berkat yang diterima dengan membekali komunitas, UMKM, dan siswa-siswi di Surabaya.
Walau awalnya diterima dengan skeptisisme, produk-produk olahan T2T sering mendapatkan review yang baik dari masyarakat. Bahkan, satu toples tester selai kulit pisang dan kulit buah naga yang selalu dibawa pada acara workshop selalu habis disantap peserta dalam waktu singkat.
Olahan daging dari kulit pisang mereka juga menjadi alternatif sehat bagi teman-teman yang memiliki diet vegan.
“Kami berharap untuk mengadakan bazar se-Surabaya pada akhir tahun. Berkolaborasi dengan OSIS dari berbagai sekolah, kami akan menginisiasi gerakan donasi baju bekas, dan akan dijual kembali pada bazaar tersebut,” terangnya.
Selain itu, juga akan mengadakan workshop live mengenai pengolahan sampah makanan dan berbagai booth yang mendaur ulang baju bekas tak layak pakai menjadi aksesoris lucu. Jadi, bazaar kami dapat dihadiri satu keluarga. Sekalian jalan-jalan, sekalian mengurangi sampah makanan dan busana.” ujar Aurelia Leowinata, co-founder T2T.
“Harapan kami, dengan beredarnya siaran pers ini, lebih banyak arek-arek Suroboyo mau mendukung misi dan perjalanan kami,” ungkapnya.
Salah satu peserta workshop, William Nelson Candra mengaku baru mengetahui jika kulit pisang ternyata bisa diolah menjadi makanan seperti humburger.
Menurut siswa kelas XII IPS ini, kegiatan yang digelar oleh Trash2Treasure ini bukan hanya memberikan pengalaman berharga bagi dirinya dan teman-temannya. Mengingat selama ini peserta belum pernah memasak sendiri.
"Ini merupakan pengalaman pertama dan sangat menarik. Meracik burger sendiri ternyata memiliki sensasi tersendiri. Ini seru, menarik dan menambah wawasan. Apalagi kalau di rumah biasanya saya hanya masak yang instan-instan aja," ujarnya.
Perlu diketahui, Trash2Treasure memiliki visi untuk menjadi penggerak masyarakat untuk mengurangi permasalahan sampah makanan dan sampah pakaian di Surabaya, beserta menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan, berkelanjutan, dan berempati terhadap kebutuhan orang yang kurang beruntung.
Ada 3 misi yang diterapkan. Diantaranya, Mengedukasi masyarakat tentang bahayanya food waste dan fashion waste jika tidak segera diatasi, Mendorong dan memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola makanan dan pakaian secara berkelanjutan serta Membantu orang yang membutuhkan dengan cara mengumpulkan pakaian bekas yang layak pakai untuk dijual dan dana tersebut akan diberikan untuk membantu yang membutuhkan.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait