Ki Ageng Pengging merupakan putra Raden Andayaningrat, panglima perang Majapahit yang menikah dengan Dewi Pembayun, putri sulung Prabu Brawijaya V. Dengan Sultan Trenggono, Ki Ageng Pengging terhitung saudara sepupu.
Dalam peristiwa penyerangan pasukan santri Demak ke Majapahit, Andayaningrat, ayah Ki Ageng Pengging tewas di tangan Sunan Ngudung, yakni ayah Sunan Kudus.
Pasca tragedi itu, Kebo Kenanga pulang ke Pengging, yakni wilayah yang berlokasi di antara Boyolali dan Kartasura Jawa Tengah. Ki Ageng Pengging merasa hidupnya lebih tentram.
Ia tidak ingin lagi berurusan dengan Demak. Ia memilih menanti kelahiran buah hati, yakni keturunan yang sudah lama ditunggunya. Bayi laki-laki itu diberi nama Mas Karebet atau dikenal Jaka Tingkir.
Nama yang merujuk pada peristiwa yang terjadi saat proses kelahiran, yakni lahir di tengah-tengah berlangsungnya pagelaran wayang beber di mana Ki Ageng Pengging sebagai dalangnya.
Mas Karebet yang kemudian diasuh Ki Ageng Tingkir, yakni saudara seperguruan Ki Ageng Pengging kelak menjadi Raja Pajang pertama yang bergelar Sultan Hadiwijaya.
Sampai Sunan Kudus datang sendiri mewakili Sultan Trenggono, Ki Ageng Pengging tetap bersikukuh menolak datang ke Demak. Ia tahu risikonya. Menolak keinginan raja sama halnya dengan makar.
Dan hukuman bagi seorang pemberontak adalah mati. Ki Ageng Pengging meminta Sunan Kudus tidak ragu melaksanakan tugasnya, menjatuhkan hukuman mati.
“Laksanakan saja tugasmu ini dengan baik, sesuai kesepakatan awal antara Dimas (Sunan Kudus) dengan Sultan Trenggono,” kata Ki Ageng Pengging seperti dikutip dari Jalan Gila Menuju Tuhan.
Sebelum eksekusi dilakukan, terjadi percakapan antara keduanya tentang rahasia hidup dan kematian. Sunan Kudus meminta Ki Ageng Pengging memperlihatkan ilmu seperti apa mati di dalam hidup.
Ki Ageng Pengging yang terkenal sakti itu, hanya tersenyum. Sejurus kemudian, dimintanya Sunan Kudus menusukkan sebilah keris kecil ke sikunya. Tusukan itu membuat Ki Ageng Pengging tiba-tiba tergolek lemas, namun bibirnya tetap tersenyum.
Dengan didahului salam, mata Ki Ageng Pengging terkatup rapat. Nafasnya berhenti. Nyawa ayah Jaka Tingkir itu telah melayang. Sejarah kembali terulang, di mana ayah Ki Ageng Pengging, yakni Andayaningrat tewas di tangan Sunan Ngudung, ayah Sunan Kudus.
Sampai Sunan Kudus datang sendiri mewakili Sultan Trenggono, Ki Ageng Pengging tetap bersikukuh menolak datang ke Demak. Ia tahu risikonya. Menolak keinginan raja sama halnya dengan makar.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait