Perayaan Imlek, Rumah Rakyat Kota Mojokerto Berhias ala Tionghoa

Trisna Eka Adhitya
Rumah Dinas Wali Kota Mojokerto atau Rumah Rakyat juga berbenah. Sesuai tema, ornamen Tionghoa

MOJOKERTO, iNews.id - Perayaan tahun baru Imlek, Rumah Dinas Wali Kota Mojokerto atau Rumah Rakyat juga berbenah. Sesuai tema, ornamen Tionghoa menghiasi sudut Rumah Rakyat.

Bekerja sama dengan Museum Gubug Wayang, Pemkot Mojokerto menghadirkan Barongsai serta Wayang Potehi. Ada delapan Barongsai yang dipajang bersama dengan 12 koleksi wayang potehi yang dipajang di Rumah Rakyat.

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyampaikan secara temporer dan berkelanjutan pihaknya selalu menghias Rumah Rakyat menyesuaikan dengan bulan atau tema itu sendiri

"Setiap bulan atau waktu ada tema yang kita sajikan. Kita bekerja sama dengan Museum Gubug Wayang untuk pelestarian budaya. Bulan ini kan kebetulan Imlek temanya," kata dia.

Saat ini menurut dia Rumah Rakyat didominasi oleh warna merah, mulai hiasan lampion hingga barongsai. "Memang latar belakang kita kembangkan budaya dan rumah rakyat kita buka untuk umum. Agar orang lebih senang, aware dan tertarik," tegasnya.

Menurut dia  hal ini merupakan kebangkitan budaya. "Budaya tak lepas dari semua etnis yang ada di Kota Mojokerto," imbuhnya.

Terpisah Direktur Museum Gubug Wayang, Cyntia Handy menambahkan jika koleksi pihaknya akan ada di Rumah Rakyat hingga satu bulan ke depan. "Setelah ini ada Cap Gomeh, 15 hari setelah Imlek," ujarnya.

Dengan adanya ini dia ingin menujukkan bahwa ada harmoni antara pihaknya sebagai pelestari budaya dengan Pemkot Mojokerto. "Apalagi tahun lalu Bu Wali Kota Ning Ita pernah mendapatkan penghargaan tentang Harmoni Budaya," tuturnya.

Alumni dari Ubaya ini ingin menunjukkan bahwa lewat Wayang Potehi ini ada akulturasi budaya yang sudah terjadi. "Karena yang membuat dan memainkan adalah Ummat Muslim juga. Ini menunjukkan pemeluk Agama Islam di sini memiliki budaya yang tinggi," puji dia.

Menurut Cyntia koleksi Museum Gubug Wayang bukan hanya Wayang Potehi saja. Tapi ada juga Wayang Golek Wali Songo, hingga Wayang Pancasila. "Ini menunjukkan sudah tidak ada lagi diskriminasi budaya. Semuanya sudah bisa berbaur," imbuh dia.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network