BANGKALAN, iNews.id - Perairan Selat Madura, tepatnya di daerah Sukolilo Timur dan Barat banyak ditemukan sampah. Sampah yang paling banyak dijumpai yaitu sampah domestik seperti botol, sachet, dan kresek. Apabila sampah tersebut terlalu lama dan menumpuk diperairan akan berubah menjadi mikroplastik.
Temuan itu diungkap mahasiswi Universitas Trunojoyo Madura, Tahta Alvina dan Agil Silva Asmarani.
Agil Silva mengatakan, Bangkalan merupakan kabupaten yang berada di pulau Madura. Letak geografisnya dekat dengan Selat Madura dan strategis karena dekat dengan Pelabuhan Kamal dan Jembatan Suramadu, sehingga banyak aktivitas manusia yang dilakukan.
"Namun sangat disayangkan perairan Selat Madura tepatnya di daerah Sukolilo Timur dan Barat banyak ditemukan sampah," katanya.
Lebih lanjut Agil memaparkan, bahwa mikroplastik merupakan pecahan plastik kecil yang ukurannya kurang dari 5 mm. Mikroplastik yang terkandung dalam air dapat dikonsumsi oleh biota air berpotensi menyebabkan gangguan metabolisme.
"Masuknya mikroplastik juga dapat mengganggu sebagian fungsi organ, seperti saluran pencernaan, mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat produksi enzim, menurunkan kadar hormon steroid, serta mempengaruhi reproduksi dan memiliki sifat toksisitas yang lebih tinggi," terangnya.
Semenara itu, Tahta Alvina, mengungkapkan, setelah dilakukan penenitian ternyata hasil penelitian tidak hanya mengetahui total kelimphan saja. Melainkan juga jenis mikroplastik yang ditemukan.
"Persentase jenis mikroplastik pada sampel sedimen dan air yang paling banyak terdapat pada jenis fragmen, dan yang paling sedikit ada pada jenis foam," ungkapnya.
Dalam hal ini sebaran mikroplastik dominan pada jenis fragmen, pada sampel sedimen sebesar 54% dan sampel air 47%.
Mikroplastik jenis fragmen diduga berasal dari dari botol-botol, bungkus plastic, dan potongan pipa paralon. Mikroplastik jenis fiber diduga berasal dari kain sintesis, jaring ikan dan tali pancing. Sumber mikroplastik bertipe filamen berasal dari kemasan makanan dan jenis foam berasal dari styrofoam.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa sampah – sampah domestik yang dibuang di pesisir perairan maupun yang terdampar akan menyebabkan timbulnya mikroplastik.
"Kondisi ini relative dengan tidak adanya tempat sampah dan pengankutan sampah. Hal ini juga diperparah dengan aktivitas nelayan maupun kapal penyebrangan yang juga menghasilkan sampah seperti jaring dan tali pancing rusak langsung dibuang ke dalam perairan. atau limbah rumah tangga menyebabkan pencemaran pada lingkungan terutama pada laut," beber Tahta.
Ia kawatir, dampak mikroplastik pada lingkungan dan biota di lautan akan dapat mengancam ekosistem laut dan timbul berbagai penyakit.
Untuk itu, mahasiswa mendesak Pemerintahan Daerah Bangkalan meningkatkan fasilitas publik seperti penyediaan TPS, dan pengankutan sampah oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup setempat dan melakukan gerakan Clean Up.
Kemdian Pemerintah dan Mahasiswa melakukan penyuluhan kepada masyarakat setempat untuk melakukan gerakan pengurangan penggunaan plastik.
“Laut adalah sumber kehidupan, jangan sampai sampah merusaknya,” tegasnya.
Sebagai informasi, peneliatian dilakukan dengan metode penelitian identifikasi mikroplastik. Pengambilan sampel air maupun sedimen dilakukan menggunakan metode purposive sampling di 6 titik. Pengambilan sampel air menggunakan plankton net sebanyak 100 L.
Sedangkan pada sedimen pengambilan sampel sebanyak 1 kg. Metode preparasi yang digunakan yaitu NOAA dengan larutan H202 30% dan Fe 0,05 M.
Sedangkan pada sampel sedimen, dilakukan pengeringan dan dilanjutkan preparasi menggunakan NaCl. Setelah semua tahapan dilakukan, kemudian jenis dan jumlahnya diidentifikasi menggunakan Mikroskop Stereo perbesaran 40 kali.
Hasil penelitian mikroplastik perairan Kabupaten Bangkalan menunjukan, bahwa mikroplastik terkandung dalam seluruh sampel. Kelimpahan mikroplastik tertinggi berada pada stasiun 3 dan 5 yang mana merupakan kawasan dermaga dan pemukiman padat penduduk di Jalan Baturubuh baik pada sampel sedimen ataupun air.
Pada dermaga sampel sedimen ditemukan mikroplastik sebanyak 153 partikel/1 Kg dan sampel air sebanyak 123 partikel/100L sedangkan pada Baturubuh sampel sedimen sebanyak 192,5 partikel/1 Kg dan sampel air sebanyak 317,5 partikel/100L.
Distribusi di satasiun 1 hingga stasiun 6 mengalami naik turun dengan total rata-rata kelimpahan mikroplastik pada sedimen 316,3333 partikel/1 Kg atau 316333,3 partikel/m3 dan pada air 241,1667 partikel/100L atau 241166,7 partikel/m3
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait