Mantan Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkot Surabaya ini mengungkapkan, beberapa kali ia telah mengumpulkan jajarannya dan mengingatkan akan hal tersebut. Namun apabila masih saja ada oknum yang bermain dengan pungli, Fikser memastikan tidak akan melindungi.
"Teman-teman kami, kami sudah berulang kali kumpulkan. Kalau itu (pungli) dilakukan, kita tidak bisa lindungi. Anda harus menanggung risiko itu," tegas dia.
Nah, untuk meminimalisir atau mencegah adanya oknum yang bermain pungli, Fikser mengatur pola penugasan anggotanya di lapangan. Dimana anggota yang bertugas di lapangan, tidak akan selalu ditempatkan di satu titik lokasi.
"Sehingga kita tidak menetapkan orang (personel) itu terus menerus di situ, jadi kita harus ganti. Jadi kami ada setiap tiga hari pasti ada pertukaran personel, sehingga tidak ada kesempatan dia untuk berkoloni, membangun relasi," ungkap dia.
Oleh sebabnya, Fikser menyebut, setiap tiga hari sekali, anggota Satpol PP Surabaya dilakukan rotasi dalam penugasan di lapangan. Misalnya pada hari Senin, personel A bertugas di Pasar Keputran, maka di hari Kamis, personel tersebut selanjutnya ditugaskan di lokasi yang lain.
"Karenanya rotasi anggota itu kita lakukan setiap tiga hari. Jadi kalau (PKL) bayar dengan si A (oknum), maka ketika si B yang bertugas menertibkan, akan ketahuan kalau (ada PKL) bayar (ke oknum A)," jelas pria asal Serui, Papua tersebut.
Maka dari itu, Fikser kembali berpesan kepada jajarannya agar dapat bekerja sesuai prosedur. Ia pun meminta jajarannya terus menjaga integritas dan kepercayaan publik sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. "Saya bilang sama teman-teman anggota Satpol PP, itu kalau bermain-main (pungli) begitu, saya pecat," pungkas dia.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait