SURABAYA, iNews.id - Institut Français Indonesia (IFI) Surabaya tak hanya lembaga untuk belajar bahasa Prancis, namun juga menyelenggarakan program kebudayaan yang berlangsung dalam bahasa Indonesia, tanpa dipungut biaya, serta terbuka untuk siapa saja.
Salah satunya adalah acara berkonsep orisinal, Nuit des idées ( Malam Ide), yang diadakan kemarin Jumat 4 dan hari ini 5 Februari 2022, secara terbatas, dengan menerapkan protokol kesehatan, di Auditorium IFI. Tema perjumpaan ini mengangkat seputar isu solidaritas, bersama para ahli terkemuka dan berkomitmen.
Narasumber utama di akhir pekan ini adalah Profesor Nasronudin, Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya, salah satu orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai covid-19. Sang profesor menyampaikan banyak hal, di antaranya inovasi-inovasi bidang kesehatan untuk membantu pasien, dengan penggunaan robot.
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri ini menyemangati pasien dapat sembuh dari covid, maupun long Vovid, selain melalui pengobatan, di antaranya juga diperlukan semangat untuk pulih serta dukungan dari orang sekitar.
Pada sore tadi, diskusi juga membahas perihal anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan pendampingan mereka saat periode pandemi. Dr. dr. Sawitri Retno Hadiati, Ketua Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus dan Ibu Onne, psikolog dari yayasan tersebut, menekankan pentingnya hubungan antara orangtua-ABK.
Yayasan ini khususnya mengembangkan program-program kreatif, yang memungkinkan anak-anak berkebutuhan khusus memperoleh kepercayaan diri.
Sehari sebelumnya, Annisa Sekaringrat, peneliti undangan (visiting researcher) CENTRIUS (Center for Identity and Urban Studies), membahas perihal pendampingan bagi para pengungsi. Deisy Nathalia, Ecosystem Developer dari LSM Life Project For Youth (LP4Y) cabang Surabaya memaparkan misi untuk integrase profesional para perempuan muda di Surabaya.
Melebihin kesulitan material, kedua narasumber diskusi menekankna bahwa tantangan terbesar mereka adalah mengubah mentalitas dan mengakhiri prasangka terhadap para perempuan dan orang-orang berekonomi lemah.
Acara bersuasana santai selama 2 hari ini setiap kali diawali dengan pemutaran film komedi Prancis, dengan subtitel bahasa Inggris atau Indonesia, yang memungkinkan untuk mengenalkan tema diskusi melalui humor dan terlihat realis, dan membandingkan situasi di Prancis dan di Indonesia.
Film pertama Invisibles karya Jean-Louis Petit, rilis pada 2019, mengisahkan para perempuan berkarakter khas masing-masing dan lucu ; mereka memiliki nama alias Lady Di, Brigitte Macron, Edith Piaf, tokoh-tokoh perempuan.
Mereka kehilangan tempat tinggal dan mendapati diri mereka tanpa rumah dan pekerjaaan, para perempuan tak terlihat, yang tak dipedulikan. Meski kemudian, berkat keberanian dan solidaritas mereka, para perempuan ini mengungkap semua bakat dan mendapatkan martabat mereka.
Film hari kedua Stars by the Pound karya Marie-Sophie CHAMBON, rilis tahun 2018, menceritakan kisah seorang remaja perempuan yang mengalami obesitas dan menyadari bahwa hal ini tidak memungkinkannya untuk menjadi seorang astronot.
Film penuh sensitivitas emosi gejolak remaja yang meski sakit dan mengalami penolakan, mengejar mimpi-mimpi dan mencoba membangun hidup mereka. Sebuah akhir pekan kebudayaan kaya akan wawasan dan pertukaran ide.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait