Sementara itu, harga bawang merah dan bawang putih di Pasar Baru Probolinggo saat ini berkisar Rp30 ribu-Rp35 ribu. Harga tersebut bagi konsumen, terbilang cukup tinggi harganya di daerah penghasil bawang itu.
“Karena memang kita kan masih banyak tergantung pada kedelai untuk olahan dari tempe sama tahu. Sehingga harapannya ke depan bisa tercipta kedaulatan kedelai,” katanya.
Atikoh mengatakan, ini penting karena kedelai punya kandungan gizi yang melimpah. Apalagi, olahan kedelai seperti tempe dan tahu menjadi konsumsi rutin masyarakat Indonesia secara umum.
“Tiap hari masyarakat di Indonesia kan makan tempe, ya, dan ini sudah terbukti secara ilmiah, secara akademis benar-benar superfood. Di mana proteinnya sangat tinggi, lengkap, asam aminonya lengkap sehingga jangan sampai karena ketersediaan bahan bakunya lemah nanti diklaim sama luar negeri jadi produk mereka,” katanya.
Atikoh mengatakan, terkait keluhan-keluhan di pasar itu Ganjar-Mahfud berkomitmen mengembalikan fungsi Bulog untuk stabilitas pangan Tanah Air sebagai upayanya.
“Lebih mengefektifkan Bulog, koperasi, sehingga dari petani itu langsung ke koperasi, ke Bulog dan tidak terlalu banyak rentetannya. Kalau pun ada paling ke pedagang besar dulu, terus nanti titiknya dua atau tiga jangan sampai sembilan seperti sekarang sehingga ketika sampai di konsumen pasti harganya cukup tinggi,” tandas Atikoh.
Selama di pasar, Atikoh banyak berbelanja. Mulai jajanan pasar, daging ayam, tempe-tahu, telur, sayur-sayuran, bawang merah, bawang putih, jahe, daun bawang, sereh dan lainnya. Beberapa dibawa, sebagian lainnya dibagikan ke warga.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait