33 Tahun Kuliah Trisnadi Akhirnya Jadi Sarjana, Skripsinya Bikin Geleng-Geleng

Ali Masduki
Trinadi Marjan ketika menjalani ujian skripsi di Stikosa AWS Surabaya. Foto: IG@stikosaaws

Pesan Buku Gunung Berapi di Pulau Jawa

Melalui buku 'Gunung Berapi di Pulau Jawa', Trisnasi ingin berbagi cerita, berbagi pesan dan berbagi kisah tentang mengabadikan momentum bencana alam lewat bidikan lensa kamera. 

Setiap karya yang dihasilkan dan tersajikan dihasilkan melalui perhitungan yang matang dengan memperhatikan segala prinsip fotografi dan prinsip meliput bencana.

"Menantang tapi juga harus sangat mawas diri. Tak ada karya seharga nyawa. Bahwa saat terjun ke lokasi bencana, termasuk di dalamnya bencana erupsi gunung berapi, yang harus diperhatikan adalah keselamatan diri," tuturnya. 

Trisnadi sendiri memahami bahwa setiap naluri seorang jurnalis foto. Ketika ada peristiwa bencana, pasti dalam hatinya getaran ingin segera berangkat memotret dan mengambil gambar akan selalu muncul. Kadang bahkan terlalu tergesa-gesa sampai-sampai tidak melakukan persiapan yang matang.

"Tapi menurut saya, itu salah. Sejak sebelum berangkat harus melakukan persiapan yang sangat matang," ujarnya. 

Ia bilang, peralatan keamanan diri harus dipastikan dibawa. Jaket, sepatu boot, perlengkapan pertolongan pertama harus sudah ada di dalam tas. Sepatu boot sangat penting karena abu vulkanik di lokasi erupsi sangat panas bahkan bisa melelehkan alas kaki.

"Untuk saya pribadi, ketika terjun ke lokasi bencana memotret erupsi gunung berapi, yang saya bawa salah satunya adalah kondom. Jangan berpikiran kotor dulu. Alat ini bagi saya masuk dalam alat keselamatan," tegasnya.

Loh kok kondom? 

Menurutnya, alat kotrasepsi ini berguna sebagai petunjuk arah angin. Cara penggunaannya dengan meniup kondom seperti balon dan mengikatnya di ranting pohon. Beban kondom yang ringan karena terbuat dari sintetis tipis akan bergerak mengikuti arah angin.

Pergerakan angin ini sekaligus menunjukkan arah gerakan awan panas atau wedus gembel jika terjadi erupsi. Sehingga seorang fotografer harus mencari posisi yang berlawanan. Demikian pula dengan tanda-tanda erupsi harus dikenali dengan betul untuk memperkirakan situasi yang akan terjadi. 

Selain itu HT juga sangat penting. Alat komunikasi HT penting dibawa untuk berkoordinasi dengan rekan atau petugas di lapangan. Jika ada kejadian tak terduga dan butuh pertolongan HT bisa menjadi alat yang sangat diandalkan. Termasuk untuk sumber informasi jika ada peningkatan aktivitas vulkanis.

"Buku ini saya harapkan bisa menjadi sarana berbagi ilmu bagi seluruh rekan-rekan jurnalis foto dan fotografer terutama yang akan dan bersiap untuk turun langsung ke lokasi bencana erupsi gunung berapi. Buku ini tentu tak sempurna. Namun dari ketidaksempurnaan itu saya harap akan lebih banyak manfaat yang bisa dibagi," tutupnya.

Selama menjalani ujian skripsi, Trisnadi begitu lugas memaparkan setiap karya-karya fotonya. Sekitar 45 menit para pengujipun dibuatnya takjub. 

Mengapa? para penguji tidak menyangka orang sehebat Trisnadi ternyata masih menganggap penting soal pendidikan. Di sisi lain, saat kuliah dia kerap bandel.

Suko Widodo, sebagai penguji mengungkapkan masa lalu Trisnadi. Ia juga menyampaikan terimakasih kepada Rektor Stikosa AWS yang memberikan kesempatan bagi orang hebat, bahkan belum pernah tercatat dalam sejarah perguan tinggi.

"Tahun 1992 jadi mahasiswa saya, dan dia duduknya selalu paling belakang dan paling akhir, tapi pulangnya duluan," ucapnya.

Editor : Ali Masduki

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network