Sampah Impor Meracuni Sungai dengan Mikroplastik dan Dioksin di Jawa Timur
Sampah plastik impor ini membawa petaka buruk bagi lingkungan dengan ancaman kontaminasi mikroplastik dan racun pengganggu hormone di sungai Indonesia, khususnya di Sungai Brantas yang menjadi sumber air baku PDAM di Kota Surabaya, Gresik, Sidoarjo.
Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Ecoton mengungkapkan, mikroplastik ini termasuk remahan plastik yang berukuran kurang dari 5 mm, ini sangat berbahaya karena secara kimia memiliki rantai ikatan kimia terbuka yang dapat mengikat polutan di sekitarnya seperti logam berat, pestisida, deterjen.
Bahkan bahan penyusun plastiknya juga berbahaya karena mengandung senyawa kimia pengganggu hormon termasuk ftalat, BPA dan senyawa perfluorinasi yang berpotensi menyebabkan kanker pada manusia.
Sementara itu, penelitian Ekspedisi Sungai Nusantara 2022 menyatakan bahwasanya Sungai Brantas menjadi sungai yang paling terkontaminasi mikroplastik diantara 68 Sungai Strategis Nasional di seluruh Indonesia.
“Sampah impor ini masuk karena pabrik kertas, ada 12 pabrik kertas yang memanfaatkan bahan baku sampah impor. Pabrik itu membuang limbah cair bercampur mikroplastik ke Sungai Brantas,” tegas Rafika Aprilianti.
Sampah plastik impor ini ternyata ada yang berakhir di pabrik pembuatan tahu Tropodo. Penelitian Ecoton 2023, air, udara, tahu di daerah Tropodo positif terkontaminasi mikroplastik.
Belum lagi, asap dari pembakaran sampah plastik juga dapat memicu terlepasnya senyawa dioksin dan furan. Keduanya merupakan senyawa karsinogen yang memicu kanker dan paru-paru.
Desak Konsulat Jenderal Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia, Jepang Harus Mampu Mengolah Sendiri Sampahnya
Melihat petaka buruk tersebut bagi lingkungan Jawa Timur. Ecoton mendesak Pemerintah Jepang untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia.
Jepang juga harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sampah-sampah plastik, sampah domestik yang telah mencemari air, dan udara di Jawa Timur.
“Jepang sebagai negara maju memiliki tanggung jawab moral untuk memperlakukan sampahnya secara bertanggung jawab dan menghormati hak asasi manusia, karena masyarakat Jawa Timur juga butuh akses air bersih dan sehat bebas dari mikroplastik," kata Azis
Selain itu Dr. Daru Setyorini, M.Si. Direktur Eksekutif Ecoton menyatakan Jepang sebagai negara kaya dan maju, harusnya memiliki kemampuan lebih baik dalam mengolah dan mendaur ulang sampah plastik.
Ia bilang, Jepang harus mendaur ulang sendiri sampah plastiknya dan stop ekspor sampah ke negara lain khususnya Indonesia yang tidak mampu mengolah sampah domestiknya sendiri.
Jepang juga harus menjadi pelopor negara maju yang bertanggung jawab atas pengolahan sampah negaranya dan menghentikan penjajahan pencemaran plastik ke negera berkembang.
"Jepang harus berhenti mengirim sampah plastik untuk daur ulang, karena daur ulang plastik tidak dilakukan secara aman dan mengorbankan kesehatan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Daur ulang melepas emisi karbon yang sangat besar karena plastik dibuat dari minyak bumi dan mengandung bahan aditif kimia yang sangat toksik, mengganggu hormon dan memicu kanker yang mengancam kehidupan dan meracuni ekosistem di Indonesia," tegasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait