Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri, Upaya LSF dan Kampus Galakkan Pendidikan Film

Hendro Djatmiko
Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri diperkenalkan di kampus. Foto iNewsSurabaya/hendro

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - LSF menyadari bahwa hanya kebijakan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) tidak cukup untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif film dan iklan. Oleh karena itu, LSF memperkenalkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GNBSM) sebagai solusi inovatif.

Pada acara di Ballroom Hotel Movenpick Surabaya, Jawa Timur, Saptari Novia Stri, S.H., Ketua Subkomisi Hukum dan Advokasi Komisi II, mewakili LSF dalam menyampaikan pentingnya GNBSM. Universitas Muhammadiyah Surabaya juga turut mendukung inisiatif ini.

Dr. Ma’ruf Sya’ban, S.T, S.E, M.AK, Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah, menekankan perlunya LSF untuk menjadi lembaga yang tidak hanya menyensor film, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat.

Menurut Hardly Stefano Fenelon Pariela, SE., M.KP, Anggota Dewan Pengawas LPP TVRI, hadirnya LSF penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai budaya dalam film tidak bertentangan dengan budaya Indonesia.

"Dalam era Disrupsi Digital, literasi film menjadi semakin penting," katanya. 

Dengan adanya MoU dengan universitas-universitas, termasuk Universitas Muhammadiyah Surabaya, GNBSM akan semakin diperkuat.

Editor : Arif Ardliyanto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network