Perkembangan sektoral pada kuartal 1, 2024 menunjukan beberapa faktor menjadi pendorong pertumbuhan. Penyelenggaraan Pemilu 2024, tren mobilitas masyarakat yang masih tinggi dan harga-harga komoditas yang masih relatif tinggi.
Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mencatatkan pertumbuhan tertinggi di tengah pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) yang bertepatan pada bulan Februari 2024.
Sektor ini tumbuh sebesar 18,9% yoy pada triwulan 1 2024, lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan sektoral yang sebesar 7,13% yoy. Sektor akomodasi dan restoran masih tumbuh tinggi sebesar 9,39%, hal yang sama terjadi di sektor pertambangan yang tumbuh 9,31%.
Kemudian sektor pengolahan yang merupakan sektor dengan proporsi terbesar di ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,13% yoy pada triwulan 1 2024 (VS 4,07% yoy pada triwulan sebelumnya).
Sektor industri manufaktur yang tumbuh tinggi adalah sektor yang terkait program hilirisasi (industri pengolahan logam dasar) dan yang berorientasi pasar domestik (misalnya, kimia, farmasi, makanan dan minuman). Sementara itu, sektor industri manufatur berorientasi ekspor mengalami tekanan seperti, produk tektil dan furniture.
“Secara umum, harga-harga komoditas memang terkoreksi namun level harga yang terbentuk masih menguntungkan. Strategi perusahaan di sektor komoditas, seperti: CPO, karet, batubara dan nikel adalah melakukan efisiensi agar margin keuntungan tidak turun dan bertahan di tengah volatilitas harga yang tinggi," terang Andry Asmoro.
Di sisi lain kata Andry, pelemahan kondisi ekonomi global mulai berimbas pada komponen investasi dan neraca perdagangan. Pertumbuhan investasi pada triwulan I masih cenderung lambat, terutama masih diakibatkan masih rendahnya investasi non-bangunan. Kinerja neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, meski dengan nilai yang terus menurun.
“Potensi risiko ke depan masih besar dengan masih berlangsungnya gejolak geopolitik global, kenaikan harga energi dan pangan, serta tekanan dari keluarnya investasi portfolio asing yang menyebabkan penguatan US Dollar. Dengan demikian, suku bunga acuan belum akan turun dalam waktu dekat," jelasnya.
Dengan demikian Ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup resilien menghadapi gejolak global. Berakhirnya rangkaian tahapan Pilpres akan mendorong keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi.
“Selain itu, akan segera dimulainya tahapan Pilkada juga dapat memberikan dorongan terhadap pertumbuhan konsumsi. Proyeksi Bank Mandiri, ekonomi Indonesia masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 5,06% pada tahun 2024,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait