PROBOLINGGO, iNews.id – Harga kedelai menjulang tinggi di tingkat produksi. Anehnya, petani tak merasakan kenaikan harga kedelai, mereka justru memilih beralih menanam padi dan jagung untuk menyambung hidup.
Mereka mengaku harga kedelai terus turun, namun dipasaran harga kedelai terus merangkak naik. Fakta ini membuat petani pusing, mereka tidak percaya kalau harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe naik.
Keputusan petani untuk bercocok tanam padi dan jagung berimbas kepada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo. Mereka tak mampu mencapai target pada tahun 2021, kini tahun 2022 hanya mendapatkan target tanaman kedelai dengan luasan lahan 39 hektare. Luas itu turun drastis dibanding tahun lalu. Diketahui pada tahun 2021 lalu, Provinsi Jawa Timur, mentargetkan DKPP setempat untuk tanaman kedelai seluas 1.399 hektare.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Probolinggo, Didik Tulus Prasetyo mengatakan, pihaknya tidak bisa mencapai target yang ditetapkan. Kondisi itu disebabkan karena banyaknya petani yang sudah beralih dari menanam kedelai menjadi menanam padi atau jagung. Petani menilai kalau keuntungan menanam padi atau jagung itu lebih menjanjikan dari pada menanam kedelai. "Jadi tidak heran jika produksi kedelai pun turun," terangnya.
Selain itu, ada pula beberapa lahan kedelai yang terkena proyek tol, ada pula lahan yang yang sudah beralih fungsi menjadi perumahan. Untuk saat ini yang konsisten menanam kedelai yaitu di lahan yang berlokasi di Kecamatan Sumberasih, dan Kecamatan Tegalsiwalan.
Meski begitu, pihaknya tetap akan melakukan rencana agar penanaman kedelai kali ini bisa maksimal. Salah satunya akan melakukan sosialisasi dan melakukan pendekatan secara emosional terhadap para petani kedelai. Selain itu juga akan memberikan bantuan bibit kedelai bagi para petani tersebut.
"Kami upayakan susun rencana strategis untuk bisa mencapai target yang sudah diberikan Provinsi Jawa timur," Pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait