Dalam pertemuan ini, sejumlah pengajar di Unair juga hadir. Diantaranya, Wakil Direktur 1 Prof. Rudi Purwono, Wakil Direktur III Prof. Suparto Wijoyo, dan beberapa pengajar lainnya. Direktur Sekolah Pascasarjana Unair Prof. Badri Munir Sukoco yang masih dalam positif Covid-19 mengikuti pertemuan secara virtual.
AHY memiliki alasan tersendiri memilih program ini. Baginya, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci keberhasilan sebuah bangsa. Mengutip Amartya Sen, peraih Nobel di bidang ekonomi, AHY memperkuat tesisnya.
"Kalau kita mengutip penjelasan beliau, jika pembangunan fisik suatu negara tidak kita dasarkan pada pengembangan SDM-nya, maka laksana membangun istana pasir di tepi pantai. Rapuh dan mudah roboh," kata AHY.
"Untuk itu, kami mengembangkan ide melalui program ini. Sehingga bisa kami aplikasikan secara teoritis dan lainnya," kata putera sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Di singgung soal strategi membagi waktu antara kuliah, memimpin partai, dan aktivitas lainnya, AHY mengaku rela mengurangi waktu istirahatnya. Seperti halnya mahasiswa pada umumnya, ia juga harus mengerjakan tugas hingga ujian bersama.
"Kami juga di sela memimpin partai juga membagi waktu untuk belajar, mengerjakan tugas, dan mengerjakan ujian. Ternyata bisa. Meskipun kurang tidur, kurang waktu santai, tapi saya nikmati. Karena saya senang mencari berbagai pengalaman baru," katanya.
Bagi AHY, menimba ilmu menjadi penting. Terutama, untuk bekal perjuangan membela kepentingan masyarakat. "Saya ingin menjadi bagian utuh dari perkuliahan ini. Merasakan apa yang dirasakan dan dijalani para mahasiswa. Mencoba untuk disiplin. Kami yakin bisa memotivasi satu sama lain," pungkasnya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait