SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggenjot investasi hulu-hilir perikanan tuna di Indonesia melalui gelaran Indonesia Tuna Investment and Business Forum (ITIBF) 2024 di Surabaya pada Selasa (25/6/2024). Pada event itu dibahas pengelolaan sumber daya tuna berkelanjutan hingga teknologi hidrolisat protein ikan.
Tuna merupakan salah satu hasil penangkapan ikan yang merupakan komoditas unggulan Indonesia. Ekspor Tuna dari Indonesia pada tahun 2023 mencapai 203 ribu ton dengan nilai USD0,93 miliar. Dimana dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pertumbuhan rata-rata 6,1% per tahun. Tujuan ekspor utama adalah ke Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah dan Uni Eropa.
Ekspor komoditas tuna, cakalang dan tongkol Indonesia didominasi dalam bentuk fillet dengan kontribusi sebesar 39,4%, selanjutnya tuna dalam kemasan kedap udara 28,7%, tuna dalam kemasan tidak kedap udara 7,4%. Peluang usaha komoditas tuna terbuka lebar seiring tren positif perdagangan tuna-cakalang-tongkol (TCT) di pasar global sejak beberapa tahun terakhir. Nilai perdagangan komoditas TCT global terus meningkat, dari USD14,37 miliar di 2017 menjadi USD16,81 miliar pada 2022.
Indonesia termasuk negara yang meraup untung dari peningkatan permintaan tuna dunia. Berdasarkan data ITC Trademap, nilai ekspor TCT Indonesia sebesar USD0,66 miliar di 2017 dan naik menjadi USD0,96 miliar pada 2022. Dibanding negara eksportir TCT lainnya, tren pertumbuhan year-on-year (yoy) Indonesia termasuk tinggi dengan persentase 29,3%.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistiyo mengatakan, penting memastikan perikanan tangkap dikelola secara berkelanjutan. Perbaikan tata kelola perikanan dilakukan melalui kebijakan Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penangkapan Ikan Terukur. “Salah satu tujuannya adalah untuk mengendalikan IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) Fishing,” katanya.
Proyeksi dari Global Seafood Market, pasar seafood global akan tumbuh dengan laju tahunan hingga 8,92%. Pertumbuhan ini menciptakan peluang yang sangat besar bagi industri dan para pelaku bisnisnya. Pertumbuhan investasi tuna rata-rata pada tahun 2019 hingga 2023 meningkat 172,48%. Realisasi investasi tuna pada tahun 2022 sebesar Rp95,51 miliar, naik 116,76% dibandingkan realisasi investasi tahun 2021 yang hanya sebesar Rp44,06 miliar.
Adapun realisasi investasi tuna pada triwulan I dan IV tahun 2023 mencapai Rp37,56 miliar. Terdiri dari PMDN Rp25,22 miliar, dan PMA Rp12,33 miliar. Pada periode tersebut, nilai investasi komoditas tuna berkontribusi sebesar 0,69% terhadap total investasi sektor kelautan dan perikanan. Realisasi PMA tahun 2023 terbesar berasal dari Jepang yakni sebesar Rp11,74 miliar (38%), disusul Korea Selatan Rp8,66 miliar (28%), dan Hongkong Rp6,02 miliar (20%).
Impor tuna dunia tahun 2022 didominasi bentuk diolah atau diawetkan sebesar 51,9% termasuk tuna kaleng dan tuna pouch. Market size ikan tuna global diproyeksikan tumbuh dari USD 42,96 Miliar pada tahun 2024 menjadi USD 54,45 Miliar pada tahun 2032 dengan pertumbuhan (CAGR) sebesar 3,01% per tahun.
Budi menambahkan, dari hasil analisa daya saing komoditas TCT Indonesia memiliki beberapa peluang pasar yang potensial dan optimis. TCT filet tetap menjadi produk unggulan ekspor dengan kontribusi 39,4% dari total ekspor TCT Indonesia. “TCT Indonesia. Indonesia merupakan pemasok nomor satu TCT filet di Amerika Serikat dan memiliki daya saing cukup tinggi di pasar Jepang,” ujarnya..
Pasar TCT olahan Indonesia memiliki daya saing di Jepang, Australia, dan Arab Saudi. Terlebih lagi pada akhir tahun 2023 KKP telah berhasil menyelesaikan perundingan penurunan tarif tuna olahan dalam kerangka GR IJEPA menjadi 0%. Saat ini sedang dalam proses legal scrubbing dengan target implementasi akhir tahun 2024. TCT Segar/Dingin di Jepang optimis untuk terus ditingkatkan karena berdaya saing dan pangsa pasar terus meningkat.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait