Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa produksi buah-buahan di daerahnya sangat menjanjikan. "Banyak petani padi yang beralih ke hortikultura karena lahan di Banyuwangi cocok untuk berbagai jenis tanaman. Mulai dari palawija, buah-buahan, hingga pertanian lainnya," ungkapnya.
Ipuk juga mengakui bahwa ekspor buah-buahan Banyuwangi saat ini masih melalui Surabaya atau Bali karena belum adanya fasilitas bea cukai di Banyuwangi. "Kami sedang berupaya agar pelabuhan kami dijadikan pelabuhan ekspor. Namun, kendala terbesar adalah pengusaha kapal yang memikirkan barang apa yang bisa dibawa kembali ke Banyuwangi. Karena belum ada industri, kita masih terbatas," jelasnya.
Apindo Jatim dan Pemkab Banyuwangi Siap Berkolaborasi Kembangkan Hasil Hortikultura Bumi Blambangan. Foto iNewsSurabaya/ist
Banyuwangi telah merintis pembangunan kawasan industri Wongsorejo untuk mengatasi masalah ini. "Jika kawasan industri ini bisa berjalan, ekspor-impor akan lebih lancar," tambahnya.
Selain hortikultura, Banyuwangi juga memiliki potensi pertanian lainnya seperti beras organik. Petani beras organik di Banyuwangi mampu memproduksi beras kuning, hitam, merah, dan coklat. Produksi cabai dari Banyuwangi juga telah diterima oleh industri makanan dan minuman skala besar, serta gula merah organik yang menjadi incaran.
Dari sektor peternakan, terdapat potensi susu perah dari kambing dan sapi. Namun, karena belum ada industri pengolahan susu di Banyuwangi, produk tersebut masih dikirim ke Surabaya dan Yogyakarta.
Selain sektor pertanian dan peternakan, pariwisata juga menjadi andalan Banyuwangi. "Kami mengandalkan potensi alam seperti pertanian, perikanan, dan jasa pariwisata. PDRB kami pada 2023 meningkat menjadi Rp101 Triliun dari sebelumnya Rp85 Triliun, didorong oleh sektor-sektor ini," pungkas Ipuk.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait