SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Mewadahi penyintas operasi di bagian alat gerak bawah untuk bisa tetap menekuni hobi marathon, Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) menggelar Surabaya Orthopedic Half Marathon (SOHM) dengan nomor khusus pada Minggu (14/7/2024).
Ketua Penyelenggara SOHM, dr Kiki Novito SpOT (K) mengungkapkan nomor khusus ini berbeda dengan lomba marathon lain. Ada dua kelas yang disediakan khusus, pertama yaitu kelas khusus untuk penyintas dan kedua untuk dokter.
"Jadi tidak bersaing dengan orang biasa bisa dapat podium khusus. Ada nomor khusus juga buat dokter tercepat," ungkapnya dalam konferensi pers di Pakuwon City Mall, Jumat (12/7/2024).
Selain itu, dr Kiki mengungkapkan lomba ini sebagai kampanye untuk menghapus stigma buruk marathon merusak kesehatan dan berbahaya bagi kesehatan.
Sebagai professional dibidang kesehatan tulang, sendi, dan otot, dikatakannya, PABOI merasa perlu mendorong masyarakat untuk berlari, yang merupakan olahraga sederhana, bisa dilakukan oleh siapapun, relatif murah, dan memberikan efek kesehatan fisik dan mental yang luar biasa.
"Kami ingin mengkampanyekan kalau lari itu olahraga yang aman dan bisa menggerakkan seluruh badan dari atas sampai bawah. Bahkan penyintas juga bisa ikut lomba dengan rekomendasi dokter,"tambahnya.
Untuk menghindari cedera selama marathon menurutnya perlu dilakukan persiapan dengan olahraga rutin baik lari maupun angkat beban untuk menjaga stamina.
Apalagi jika pernah mengalami cedera, maka sangat wajar jika ada penurunan signifikan dari kekuatan ototnya.
" Jadi harus dipastikan ototnya sudah dikondisikan latihan beban dan lainnya," tegasnya.
Ia pun merinci, diajang SOHM pihaknya menggandeng Debrads Race Management untuk melombakan lari jarak menengah dan jauh, 5KM, 10 KM dan 21,1 KM (Half Marathon).
Untuk kategori 5 KM, dipertandingkan untuk umum putra/putri. Sedang untuk nomor Half Marathon, akan dipertandingkan untuk umum putra/putri, kelompok umur master (>45 tahun) putra/putri serta khusus kalangan profesi dokter (putra/putri).
Kemudian pada kategori 10 KM dipertandingkan untuk umum putra/putri dan khusus untuk penyintas operasi orthopedi (sendi dan tulang) di tungkai bawah (pinggul sampai kaki) putra/putri.
Selain itu lewat lomba ini, PABOI berusaha mengumpulkan dana abadi yang akan dipakai untuk penanggulangan bencana di Indonesia.
Seperti diketahui, ketika terjadi bencana, dokter orthopaedi adalah salah satu tenaga kesehatan yang diterjunkan dari fase awal penanganan bencana. Untuk dapat bekerja, tidak hanya berupa tenaga, tetapi diperlukan juga peralatan medis khusus dan fasilitas spesifik tertentu.
Tentunya, jika bencana terjadi, PABOI tidak dapat menunggu tersedianya peralatan dan fasilitas itu, tetapi dalam fase awal ini, kami yang turun ke lapangan akan langsung membawanya untuk dapat bekerja dan menolong para korban. Untuk itu diperlukan sarana yang selalu tersedia dan siap dipakai pada fase awal tersebut.
Race Director SOHM, dr Herjuno A Adinoto SpOT menjelaskan bahwa PABOI sengaja memilih di lingkungan Pakuwon City, Surabaya sebagai tempat penyelengaraan, karena mudah dicapai oleh daerah sekitarnya. Selain itu, jumlah pecinta olahraga lari, di Surabaya dan sekitarnya sangat tinggi.
“ Lomba ini diukur dengan jarak yang baik, direncanakan jarak dan akan diverifikasi oleh PASI Jatim. Serta fasiltas pendukung seperti lintasan yang baik, penghitung waktu, refreshment dan water station, ketersediaan tenaga medis yang kompeten dan hiburan, Di kompleks Pakuwon City, Surabaya, dapat memenuhi hal itu,” terang dr Herjuno.
Apalagi diperpanjang dengan area di dalam Taman Hiburan Kenjeran Park. Sebagai mana, lomba lari di Indonesia yang sulit untuk bebas dari kendaraan bermotor, paling tidak di lokasi tersebut lebih sepi dan lebih mudah diatur karena lintasan yang lebar.
Pasalnya, salah satu faktor penting dalam menikmati olahraga lari jarak menengah dan jauh adalah lintasan yang nyaman, lebar, relatif rata, pemandangan yang indah, dan tidak berebut atau malah berlari sambal menghirup asap kendaraan bermotor.
Sementara itu, Diana Bibit, dokter asal Bandung mengaku mengikuti SOHM karena penasaran dengan rute lari yang belum pernah ia ikuti ini.
"Lebih penasaran saja, karena sudah rutin ikut marathon dan rutin lari. Jadi saya sengaja izin buat ikut lomba ini,"pungkasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait