Karena saat perumusan HSN ada perdebatan, Khofifah sendiri turun tangan untuk menelusuri sejarah mencari berapa jumlah santri, pengasuh pondok pesantren yang turun bersama-sama dengan membawa bambu runcing melawan penjajah.
“Bahkan saya menemukan catatan sejarah bahwa Bung Tomo sowan ke KH Hasyim Asy’ari dan menanyakan, Kiai kalau saya ingin membangun semangat bersama untuk mempertahankan Indonesia apa yang harus saya ucapkan?’ Maka saat itu KH Hasyim Asy’ari menyampaikan ‘Tolong pekikkan kalimat takbir, Allahu Akbar,” urai Khofifah.
“Bahwa pekikan takbir yang diteriakkan Bung Tomo adalah dawuhnya Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri NU, agar semangat para pejuang dilipatgandakan oleh Allah. Cerita-cerita sejarah semacam ini mulai hilang dari dokumen sejarah,” kata Khofifah.
Oleh sebab itu, saat ini, Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab disapa Gus Kikin sedang mengumpulkan peran NU dalam sejarah perjuangan kemerdekaan sampai merdeka dan mengisinya.
“Hari santri adalah hari dimana NU menunjukkan diri sebagai kekuatan untuk menjaga kemerdekaan Indonesia. Juga hari untuk menyampaikan pada dunia bahwa peran NU untuk menjaga kemerdekaan Indonesia adalah dengan doa, riyadhoh dan juga nyawa,” ujarnya.
Karena banyak sekali syuhada yang menjadi korban dalam upaya menjaga kemerdekaan RI. Maka dari itulah yang kemudian menjadi titik pangkal penetapan Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober dan dirayakan setiap tahun.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait