Hasil laporan Tim Ekonom Bank Mandiri juga menunjukkan, surplus neraca perdagangan Indonesia masih tercatat cukup positif sebesar USD 18,9 miliar hingga Agustus 2024, meski mengalami penurunan sekitar 22% YoY akibat melemahnya permintaan global.
"Di sisi lain, inflasi yang terkendali di kisaran 2,1% year-on-year pada Agustus 2024 menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang dijalankan berhasil menjaga stabilitas harga, terutama terkait harga pangan," imbuh Andry.
Salah satu poin penting yang disoroti dalam laporan ini adalah peningkatan konsumsi domestik yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2024. Setelah periode stagnasi di tahun 2023, belanja masyarakat mengalami peningkatan signifikan di tahun ini, terutama di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Tengah.
Keberhasilan pemerintah dalam menekan inflasi serta menjaga keyakinan konsumen dinilai menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan belanja masyarakat.
Namun, Tim Ekonom Bank Mandiri juga mencatat bahwa pemulihan ekonomi belum sepenuhnya merata, terutama di kalangan masyarakat berpendapatan rendah.
Laporan tersebut juga menyoroti kondisi fiskal pemerintah yang masih sehat. Hingga Agustus 2024, defisit fiskal tercatat sebesar 0,68% terhadap PDB, dan pemerintah menargetkan defisit sebesar 2,7% hingga akhir tahun. Artinya akan ada akselerasi belanja fiskal pada Q3 dan Q4 tahun ini. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk terus memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan fiskal yang ekspansif.
"Dengan penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin dan Federal Reserve sebesar 50 basis poin pada September 2024, ada harapan peningkatan aliran modal asing ke Indonesia, yang akan memperbaiki likuiditas dan mendukung percepatan pertumbuhan," jelas Andry.
Melihat kondisi saat ini, Tim Ekonom Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,06% pada akhir 2024, dan diproyeksikan meningkat menjadi 5,18% pada 2025.
Penunjangnya, beberapa sektor ekonomi yang terkait mobilitas, seperti perhotelan, restoran, transportasi, dan jasa hiburan, menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan perubahan gaya hidup pasca-pandemi.
Peningkatan ini terutama didorong oleh konsumsi dari kelompok usia muda, yang saat ini menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor jasa. Pada saat yang sama, sektor manufaktur yang terkait dengan hilirisasi, seperti industri logam dasar, juga terus mencatatkan pertumbuhan yang positif.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait