Meski berada di satu kampus, serta sama-sama aktif dalam kegiatan mahasiswa, Wiwin yang aktif di KSR dan Sumrambah yang aktif di forum diskusi mahasiswa, rupanya tidak pernah ketemu ataupun saling mengenal.
"Saya baru menyadari kalau beliau orang keren. Beliau waktu itu menjadi ketua Forum Diskusi Mahasiswa dan Penalaran, sedangkan saya waktu aktif di KSR. Karena saking sibuknya, gak pernah ketemu," tuturnya.
Padahal sekretariat antar dua organisasi mahasiswa yang mereka ikuti hanya terpisah 2 ruang sekretariat organisasi lain. Hari hari berikutnya, Sumrambah dan Wiwin kerap bertemu. Meski demikian, pertemuan keduanya seringkali dalam mode sama-sama cuek.
Menurut Wiwin, mungkin karena mode sama-sama cuek tersebut hubungan mereka menjadi kian dekat sebagai teman baik untuk saling mengenal. Hingga pada 1998, keduanya sepakat menjalin hubungan pacaran.
"Tahun 1998 itu kita jadian (pacaran). Itupun gaya pacarannya gak kayak anak muda waktu itu, yang malam minggu nonton bareng. Gak ada seperti itu. Gaya pacaran kita ya, aku menemani dia ngisi materi di acara apa gitu, aku duduk di belakang," katanya.
"Kalau sudah selesai dan jalan pulang, aku diminta mereview. Aku tadi gimana, kurang apa.Jadi pacaran kita ya diskusi itu, dan itu sampai sekarang ya seperti itu," lanjut perempuan yang kini menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur tersebut.
Meski diawali hubungan persahabatan yang saling cuek saat bertemu, maupun gaya pacaran dihiasi dengan diskusi, Wiwin merasa mantab dipinang putra bungsu dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Sukito dan Asmah di Bareng, Jombang. Keduanya melangsungkan perkawinan pada 2001.
Bagi dia, Sumrambah adalah sosok lelaki yang bisa bertanggungjawab terhadap keluarganya. "Orang lain saja diurus sama beliau, apalagi istri dan anak-anaknya kelak. Itulah alasan mengapa saya mau berhubungan dengan Mas Rambah dan bersedia menjadi istri beliau,” tuturnya.
Penilaian atas Sumrambah sebagai sosok laki-laki idaman dan mempunyai kepedulian kepada sesama, telah dilihat dan dirasakan sejak mereka saling mengenal hingga berpacaran.
Pada 1996 hingga 1998, atau masa sebelum mereka berpacaran, Sumrambah pernah berjualan soto dan beras. Keuntungan dari berjualan rupanya digunakan untuk membiayai aktivitas diskusi mahasiswa, serta membantu temannya sesama mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi.
"Sebelum tahun 1998, waktu beliau jualan soto, beras, aku ikut bantu. Aku waktu itu ya tertarik saja, ini ada orang kok perhatian sekali sama teman-temannya. Jualan soto, jualan beras, keuntungannya digunakan untuk ngopeni teman-temannya yang kekurangan waktu kuliah," ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait