Lantaran berangkat dari latar belakang yang sama, Mundjidah dan Imam Asy’ari menjalani hari-hari sebagai suami istri dengan bahagia, hingga perkawinannya dikarunia 6 orang anak putra-putri. Yakni Silahuddin, Rudi
Selama menjalani kehidupan rumah tangga bersama Imam Asy’ari, Mundjidah mengaku mendapat perlakuan istimewa dari suaminya. Ia diberi kebebasan untuk menjalankan aktivitas di luar rumah, termasuk berorganisasi.
Dalam hal mengurus keluarga, keduanya juga berbagi peran secara adil tanpa mengabaikan kewajiban masing-masing. Berkat keleluasaan yang diberikan sang suami, Mundjidah bisa tetap menjalankan aktivitas berorganisasi, serta melanjutkan studi hingga menyelesaikan pendidikan sarjana muda.
"Suami mengizinkan saya untuk berkiprah dalam dunia politik, dari mulai menjadi anggota DPRD Jombang sejak tahun 1971, pengurus Partai NU, hingga pengurus PPP," ujar Bupati Jombang periode 2018-2023 ini.
Tak ada angin, tak ada hujan, kabar duka tiba-tiba datang. Imam Asy’ari yang sebelumnya, sehat dan tidak merasakan keluhan gangguan kesehatan, wafat pada 31 Agustus 1996 pagi.
Hal itu menjadi pukulan telak bagi Mundjidah. Tanpa ada kata-kata yang keluar, saat mengetahui jika suaminya telah tiada. Hanya cucuran air mata yang deras mengalir.
Namun, ditinggal sang suami tidak menjadikan Mundjidah larut dalam kesedihan. Jiwanya kembali tegar. Tekadnya menguat demi masa depan anak-anaknya.
Sepeninggal Imam Asy'ari, Mundjidah memegang peran ganda, sebagai ibu sekaligus kepala rumah tangga. Dia tak terfikir untuk menikah lagi, meski saat itu, usianya masih terbilang cukup.
"Tidak ada pikiran seperti itu (menikah lagi). Waktu itu sudah sibuk ngurusi organisasi, menjadi dewan (DPRD Provinsi Jatim) dan ngurusi anak-anak. Jadi ya gak ada pikiran semacam itu. Alhamdulillah, tetap setia kepada ayahnya anak-anak," tuturnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait