SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Menjelang hari pemungutan suara pada Rabu (27/11/2024), pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto melakukan ziarah di makam Proklamator RI Soekarno di Blitar, pada Minggu (24/11/2024).
Di makam ini, Khofifah dan Emil khusyuk memanjatkan doa, serta menaburkan bunga di pusara sang proklamator bangsa. Khofifah menegaskan bahwa rangkaian ziarah yang dilakukannya adalah bentuk napak tilas. Bahwa kondisi yang dinikmati oleh seluruh warga bangsa Indonesia hari ini adalah hasil perjuangan dari para pendahulu, termasuk juga adalah Bung Karno.
“Bung Karno adalah sosok teladan bagi kita semua. Dimana beliau sangat mengutamakan kesatuan dan persatuan bangsa. Bahkan dalam satu sejarah diceritakan, beliau sempat sangat risau dengan hubungan antar tokoh bangsa, yang setiap kali ada beda pendapat kerap kali membuat suasana meruncing,” kata Khofifah.
Atas kondisi itu, Bung Karno kemudian berkonsultasi dengan ulama yang saat itu ditemui adalah KH Wahab Chasbullah di Jombang. Saat silaturrahim, Bung Karno mencurahkan kerisauannya. Bahwa kondisi tersebut cukup berbahaya bagi keutuhan bangsa Indonesia yang saat itu baru merdeka di tahun 1945.
“Oleh Kiai Wahab, Bung Karno diberikan saran. Bahwa karena saat itu sedang bulan puasa, maka bagaimana kalau digelar silaturahmi nasional di bulan syawal. Namun menyebutya bukan sekedar silaturahmi namun adalah Halal bi Halal di bulan Syawal,” cerita Khofifah.
“Jadi yang pertama kali menyarankan halal bi halal adalah Kiai Wahab, dan yang pertama kali melaksanakan Halal bi Halal adalah Bung Karno. Yang kemudian dilakukan di semua lini hingga saat ini setiap di bulan syawal untuk merekatkan kembali silaturahmi, persaudaraan dan saling maaf-memaafkan,” imbuh Khofifah.
Secuil cerita sejarah tersebut sekaligus menjadi bukti bagaimana sosok Bung Karno yang begitu dekat dengan ulama khususnya ulama NU. Bahwa umara dan ulama memang tidak bisa dipisahkan. “Hal ini juga menjadi pengingat bagi kita semua. Bahwa beda pendapat boleh, namun tidak boleh sampai memecahkan persatuan dan persaudaraan di antara kita semua,” kata Khofifah.
Kemudian pada Senin (25/11/2024), Khofifah Indar berziarah ke Makam Pendiri NU KH. Wahab Chasbullah di kawasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Diawali dengan silaturahmi ke kediaman kasepuhan, Khofifah ditemui langsung oleh putri Kiai Wahab yaitu Nyai Machfudhoh binti Wahab Chasbullah.
Bersama tim dan juga diantar dhuriyah Kiai Wahab, seperti KH. Hasib Wahab, KH Rokib Wahab, Gus Mujib, Khofifah berkirim tahlil dan juga doa di pusara Kiai Wahab. Dengan khidmat dan penuh ta’dhim Khofifah menabur bunga di pusara Kiai Wahab.
Di era perjuangan kemerdekaan, Kiai Wahab secara langsung bergabung dalam gerakan gerilya menentang kembalinya kekuasaan Belanda. Kiai Wahab dikatakan Khofifah bahkan membantu perlengkapan militer, membantu mengkoordinasi rekrutmen dan pelatihan santri, serta membentuk laskar-laskar di daerahnya.
Kiai Wahab menginisiasi pendirian Nahdhatut Tujjar sebagai lembaga dagang yang dikelola oleh para kiai pesantren. Lembaga ini menjadi tonggak pembiayaan pergerakan NU dan gerakan nasional lainnya,” tegasnya.
Tidak sampai di sana, di hari yang sama Khofifah juga ziarah ke makam Kiai Haji Bisri Syansuri di komplek Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang. Usai ziarah Khofifah juga bersilaturahmi dan ramah tamah bersama keluarga besar Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang.
Pihaknya menegaskan bahwa Kiai Bisri memiliki peran besar dalam perkembangan NU di Indonesia. Bahkan tidak hanya seputar keilmuan fikih saja. Kiai Bisri juga pernah menjadi inisiator pendirian pesantren perempuan pertama. Kiai Bisri juga terbilang progresif pada masa Orde Baru.
“Ulama-ulama NU memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan berperan besar dalam mewujudkan bangsa kita saat ini. Jangan pernah lupa dengan perjuangan para pejuang dan ulama kita,” pungkas Khofifah.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait